Liputan6.com, Jakarta Kota Wuhan, Hubei, Tiongkok resmi mencabut status lockdown yang diberlakukan usai COVID-19 merebak di wilayah tersebut dan sempat membuatnya jadi pusat pandemi dunia beberapa waktu lalu.
Hal ini membuat terjadinya lonjakan warga yang mengajukan pernikahan di Wuhan. Fenomena ini seperti diungkap oleh sistem aplikasi pernikahan lokal yang dijalankan platform Alipay.
Advertisement
Dalam pernyataan resminya di media sosial Tiongkok Weibo, Alipay menyatakan bahwa ada peningkatan lalu lintas hingga 300 persen dan sempat membuat situs tersebut mengalami macet sesaat.
"Tidak mengira permintaan yang tinggi akan layanan pernikahan setelah lonjakan sebelumnya terkait permintaan perceraian. Teknisi kami yang terkejut telah memperbaiki keadaan," tulis Alipay di akun Twitternya seperti mengutip Global Times.
Dikutip dari Business Insiders pada Minggu (12/4/2020), Abacus, publikasi teknologi Tiongkok menyebut bahwa aplikasi pernikahan di Wuhan mengalami penangguhan pada Februari dan Maret ketika daerah tersebut menjalani lockdown 76 hari akibat COVID-19.
Simak Juga Video Menarik Berikut Ini
Warga Lakukan Pernikahan
Usai pencabutan lockdown pada Rabu lalu, Wuhan kembali memulai layanan pendaftaran pernikahan pada 3 April. Masyarakat harus tetap menerapkan protokol kesehatan saat pendaftaran.
Seorang wanita bermarga Xu mengatakan bahwa akhirnya dia dan suaminya bisa menikah. Dia menceritakan bahwa hari pertama usai lockdown menjadi sangat berarti dan akan jadi hari peringatan pernikahan yang baik bagi mereka.
"Hidup kembali ke jalurnya. Ini adalah awal yang baru dan sekarang saya telah menjadi orang yang bertanggung jawab atas tiga keluarga, sebagai seorang istri, anak perempuan, dan menantu perempuan," kata Xu.
Meski lockdown telah dicabut, namun pemerintah memperingatkan penduduk untuk tidak terlalu terbawa suasana karena ancaman COVID-19 masih ada.
"Hari ini sudah lama dinanti-nanti orang-orang dan semua berhak untuk bersemangat. Namun, hari ini tidak menandai kemenangan terakhir," tulis People's Daily, media milik Partai Komunis dalam editorialnya.
Advertisement