Liputan6.com, Jakarta - Harga emas diperkirakan masih dalam tren bullish pada minggu ini. Hal ini dikarenakan Bank Sentral dan pemerintah terus berupaya mengeluarkan stimulus dalam menahan gempuran ekonomi dampak dari virus corona (Covid-19).
"Harga emas mendapat angin segar karena kucuran dana untuk menangani Covid-19 terus mengalir," terang Managing Director ForexLive Adam Button seperti dikutip dari Kitcho, Senin (12/4/2020).
Advertisement
The Fed mengumumkan pemberian stimulus mencapai USD 2,3 triliun demi menjaga iklim bisnis di AS. Stimulus ini datang usah jumlah klaim pengangguran mingguan di AS naik 6,6 juta dan menjadikan total selama tiga minggu berturut-turut mencapai 17 juta.
"Saya terus cenderung bullish untuk emas," kata Kevin Grady, presiden Phoenix Futures and Options LLC.
"Meskipun ekuitas tampaknya telah menemukan pijakan yang stabil, saya masih percaya bahwa jumlah uang yang membanjiri sistem perbankan global ditambah dengan suku bunga rendah secara historis akan memicu harga emas di atas USD 1.850," tambahnya.
Harga Selangit, Masyarakat Ramai-Ramai Jual Emas
Penjualan emas perhiasan terus mengalami peningkatan. Peningkatan sejalan dengan semakin tingginya nilai emas. Banyak pemilik emas perhiasan yang menjual asetnya demi mengambil keuntungan.
"Mulai banyak yang jual emas akhir bulan Maret," kata Olin salah satu pegawai toko emas di Tanah Abang saat dihubungi merdeka.com, Jakarta, Jumat (10/4/2020).
Memasuki bulan April, masyarakat yang menjual emas perhiasan makin tinggi. Dalam sehari toko emas tempat Olin bekerja bisa membeli hampir 100 gram emas perhiasan dari pelanggan.
Tak hanya mengambil keuntungan, banyak masyarakat yang terpaksa menjual emas perhiasan untuk menyambung hidup. Hal ini kata Olin, bisa dilihat dari jumlah gram emas yang dijual pelanggan.
Rata-rata emas perhiasan yang dijual dengan ukuran kecil. Mulai dari 1-5 gram emas perhiasan. Biasanya, kata Olin mereka berasal dari kalangan menengah ke bawah. Sebab tidak sedikit pekerja buruh harian di kawasan Tanah Abang jadi pelanggannya.
"Pelanggan disini kebanyakan orang yang kerja di sini juga, pegawai toko, buruh harian, kuli panggul buat tabungan," kata dia.
Sehingga, di tengah kondisi pandemi ini tidak sedikit para pelanggannya menjual emas perhiasan hanya untuk menyambung hidup. Sebab, aktivitas jual-beli di Tanah Abang sudah berkurang drastis.
Dari enam toko emas yang ada di kawasan pusat perbelanjaan Tanah Abang, empat di antaranya ada di gedung milik Pasar Jaya. Tinggal 2 toko emas perhiasan yang masih beroperasi karena berlokasi di kawasan ruko.
Salah satunya toko tempat Olin bekerja. Toko emas ini masih tetap beroperasi. Hanya saja waktunya dipersingkat selama lima jam. Dibuka jam 9 pagi dan tutup pada jam 2 siang. Padahal biasanya toko ditutup di jam 5 sore.
"Sekarang kan udah sepi banget jalanan, demi keamanan kita tutup jam 2 siang. Kalau kondisi kaya gini kan yang ditakutkan perampokan," tutur Olin.
Mayoritas pelanggan yang datang hanya untuk menjual emas perhiasan. Sebaliknya daya beli emas perhiasan mengalami penurunan.
Tingginya harga emas perhiasan membuat orang enggan membeli emas perhiasan. Dalam sehari tidak lebih dari lima orang yang membeli emas perhiasan.
"Bon merah (penjualan) satu hari paling cuma 3-5 lembar yang terpakai," ungkap Olin.
Mereka yang datang juga biasanya membeli emas perhiasan berukuran kecil. Misalnya membeli anting-anting untuk bayi yang baru lahir. Ada juga yang membeli cincin emas untuk dijadikan kado ulang tahun.
"Paling yang beli emas seharga Rp 1-3 juta, itu juga sedikit sekali," kata Olin.
Advertisement