Kematian Akibat Virus Corona COVID-19 di Italia Terendah dalam 3 Minggu

Jumlah kematian di Italia akibat Virus Corona (COVID-19) terpantau menurun.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 10 Mei 2020, 10:04 WIB
Pria memakai masker untuk mencegah terpapar virus corona COVID-19 saat tidur di bangku jalan di Roma, Italia, Rabu (8/4/2020). Berdasarkan data Worldmeters per Minggu (12/4/2020), jumlah kasus COVID-19 di Italia sebanyak 152.271 terinfeksi dan 19.468 meninggal. (Cecilia Fabiano/LaPresse via AP)

Liputan6.com, Roma - Kasus kematian pasien Virus Corona (COVID-19) di Italia mencatat rekor terendah dalam tiga minggu terakhir. Otoritas Italia mencatat angka kematian pada Minggu 12 April 2020 adalah paling rendah sejak 19 Maret.

Pada hari Minggu kemarin, ada 431 kematian di Italia. Ini adalah penurunan drastis ketimbang pada 27 Maret lalu ketika 919 meninggal dunia.

Dilansir The Local, Senin (13/4/2020), total kematian Italia adalah 19.899 orang, tertinggi nomor dua di dunia. Angka kematian nomor satu masih dipegang Amerika Serikat.

Pemerintah Italia menyebut pada hari Minggu ada 1.984 kasus baru Virus Corona. Total yang terinfeksi di negara itu kini 102.253 orang.

Namun, jumlah pasien non-kritis di rumah sakit disebut menurun.

"Tekanan pada rumah sakit-rumah sakit kita terus menurun," ujar kepala perlindungan layanan sipil Angelo Borrelli.

Penurunan jumlah kematian ini memberi harapan bahwa kurva infeksi di Italia sudah berhenti menanjak. Italia juga sudah menjalani lockdown sejak 9 Maret lalu.

Akan tetapi, sebagian pakar berkata infeksi Virus Corona baru akan terus menanjak selama 20 hingga 25 hari ke depan sebelum pengurangan pasien mulai terjadi. Saat ini, ada 156 ribu pasien Virus Corona jenis baru di Italia dan 34 ribu orang sembuh.

Kasus Virus Corona di Italia adalah yang paling parah di Eropa.

 

**Ayo berdonasi untuk perlengkapan medis tenaga kesehatan melawan Virus Corona COVID-19 dengan klik tautan ini.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:


Presiden Jerman: Virus Corona COVID-19 Adalah Ujian Kemanusiaan

Dokter Beate Krupka (tengah) memeriksa Clara terkait virus corona COVID-19 di Distrik Kreuzberg, Berlin , Jerman, Rabu (8/4/2020). Berdasarkan data Worldmeters per Minggu (12/4/2020), jumlah kasus COVID-19 di Jerman sebanyak 125.452 terinfeksi dan 2.871 meninggal. (Michael Kappeler/dpa via AP)

Presiden Jerman Frank-Walter Steinmeier menyampaikan pandangan berbeda dari pemimpin dunia lain. Ia menolak memberi label bahwa Virus Corona (COVID-19) sebagai perang.

Bagi Presiden Steinmeier, perjuangan melawan Virus Corona merupakan ujian bagi kemanusiaan. Maka dari itu, ia meminta masyarakat melalui ujian ini dengan baik. 

"Pandemi ini bukan sebuah perang. Negara-negara atau tentara tidak saling melawan satu sama lain. Ini adalah ujian kemanusiaan," ujar Presiden Steinmeier seperti dikutip Euro News, Minggu kemarin.

"(Krisis ini) mengeluarkan yang terbaik dan terburuk dari diri manusia. Mari kita tunjukan yang terbaik dari diri kita," ucapnya.

Pandangan Presiden Jerman berbeda dari yang diberikan Presiden Amerika Serikat Donald Trump, Perdana Menteri Inggris Boris Johnson, dan Presiden Prancis Emmanuel Macron, mereka semua memakai istilah perang melawan Virus Corona.

Tak hanya itu, Presiden Steinmeier memberikan apresiasi kepada pahlawan yang tak terlihat di pandemi ini bagi masyarakat Jerman. Mereka adalah kasir, sopir bus dan truk, pembuat roti, petani, dan tukang sampah.

Saat ini, ada lebih dari 125 ribu kasus Virus Corona di Jerman dan 57 ribu sudah pulih. Jumlah kasus kematian di Jerman masih tergolong kecil ketimbang negara tetangganya seperti Prancis dan Italia.

Berdasarkan peta Johns Hopkins University, ada 2.871 pasien Virus Corona meninggal di Jerman. Sementara, pasien meninggal di Prancis ada 13 ribu orang dan di Italia sebanyak 19 ribu orang.

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya