Saham di Asia Tergelincir Seiring Kesepakatan Pemangkasan Produksi Minyak

Sejumlah saham di Asia diperdagangkan turun pada Senin pagi.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 13 Apr 2020, 08:30 WIB
Orang-orang berjalan melewati layar monitor yang menunjukkan indeks bursa saham Nikkei 225 Jepang dan lainnya di sebuah perusahaan sekuritas di Tokyo, Senin (10/2/2020). Pasar saham Asia turun pada Senin setelah China melaporkan kenaikan dalam kasus wabah virus corona. (AP Photo/Eugene Hoshiko)

Liputan6.com, Jakarta - Sejumlah saham di Asia diperdagangkan turun pada Senin pagi. Hal ini seiring dengan kesepakatan negara-negara pengekspor minyak yang tergabung dalam OPEC untuk melakukan pemangkasan produksinya.

Melansir dari laman CNBC, Senin (13/4/2020), di Jepang, Nikkei 225 tergelincir 1,04 persen pada awal perdagangan sementara, indeks Topix turun 0,94 persen. Kospi Korea Selatan juga turun 0,63 persen karena saham pembuat mobil Hyundai Motor turun sekitar 2 persen.

Pasar di Hong Kong dan Australia juga ditutup pada hari Senin dalam rangka Paskah.

Sementara itu, Negara-negara Pengekspor Minyak Bumi (Organization of the Petroleum Exporting Countries/OPEC) dan negara mitra sepakat memangkas produksi global minyak mentah sekitar 10 persen. Ini setelah penurunan permintaan yang disebabkan oleh penguncian (lockdown) akibat wabah virus corona covid-19.

Harga minyak mentah Brent naik 2,32 persen menjadi USD 32,21 per barel. Minyak mentah berjangka AS naik 2,72 persen menjadi USD 23,38 per barel.

Langkah tersebut diambil setelah OPEC dan sekutunya, yang secara kolektif dikenal sebagai OPEC+, menyelesaikan perjanjian untuk memangkas produksi sebesar 9,7 juta barel per hari, dan menjadi pemangkasan output tunggal terbesar dalam sejarah.

 

**Ayo berdonasi untuk perlengkapan medis tenaga kesehatan melawan Virus Corona COVID-19 dengan klik tautan ini.


Perkembangan Kasus Corona

Han Yi, petugas medis dari Provinsi Jiangsu, bekerja di bangsal ICU Rumah Sakit Pertama Kota Wuhan di Wuhan, Provinsi Hubei, 22 Februari 2020. Para tenaga medis dari seluruh China telah mengerahkan upaya terbaik mereka untuk mengobati para pasien COVID-19 di rumah sakit tersebut. (Xinhua/Xiao Yijiu)

Perkembangan seputar pandemi global coronavirus juga cenderung terus membebani sentimen investor.

Menurut data yang dikumpulkan oleh Universitas John Hopkins, saat ini telah ada lebih dari 1,8 juta kasus yang dikonfirmasi secara global. Sementara setidaknya ada 112.241 meninggal akibat virus ini. 

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya