Kulit Merah dan Gatal Jadi Gejala Terbaru Virus Corona COVID-19? Ini Penjelasan Ahli

Virus Corona COVID-19 terus menunjukkan sejumlah gejala barunya.

oleh Benedikta Miranti T.V diperbarui 13 Apr 2020, 19:40 WIB
ilustrasi kulit gatal (istockphoto)

Liputan6.com, Jakarta - Virus Corona COVID-19 dapat menyebabkan gejala dermatologis seperti gatal-gatal dan kemerahan yang kadang-kadang menyakitkan, karena gejala yang memengaruhi tubuh di luar sistem pernapasan terus ditemukan yang mungkin terkait dengan infeksi penyakit ini, menurut Persatuan Nasional Perancis Dermatologis-Venereologis (SNDV - dokter penyakit kulit dan menular seksual).

Rumah sakit menerima banyak laporan kasus dengan gejala ini pada pasien COVID-19. Mereka juga dapat muncul tanpa gejala pernapasan, menurut siaran pers oleh SNDV. Demikian seperti dikutip dari Jerusalem Post, Senin (13/4/2020). 

Sebuah grup diskusi di Whatsapp telah dibentuk untuk mendiskusikan hal ini. 

Pekan lalu, Direktur Jenderal Kesehatan Prancis Jerome Salomon ditanya apakah masalah dermatologis seperti gatal-gatal bisa menjadi gejala baru dari Virus Corona baru dan menjawab, "tidak sepengetahuan saya," menurut Le Figaro.

Dia menambahkan, bagaimanapun, bahwa tidak semua hal sudah diketahui tentang virus tersebut, "tetapi pada aspek dermatologis ini saya belum melihat publikasi apa pun.

"Beberapa gejala baru telah ditemukan selama sebulan terakhir yang mungkin terkait dengan Virus Corona baru, beberapa muncul bahkan tanpa gejala pernapasan," katanya lagi.

 

Load More

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Tunjukan Gejala Lain

Orang yang menjadi hidden carrier merupaka orang yang nampak sehat

Pada akhir Maret, British Rhinological Society dan American Academy of Otolaryngology (operasi dan perawatan kepala dan leher) keduanya melaporkan bukti anekdotal yang menunjukkan bahwa hilangnya bau dan rasa bisa menjadi gejala COVID-19.

Laporan dari berbagai negara telah mengindikasikan bahwa sejumlah besar pasien Virus Corona baru mengalami anosmia, kehilangan indera penciuman, dan ageusia, rasa yang menyertainya berkurang, menurut The New York Times .

Para profesional medis tidak yakin apa yang menyebabkan hilangnya indera penciuman dan rasa.

Beberapa virus menghancurkan sel atau reseptor sel di hidung, sementara yang lain menginfeksi otak melalui saraf sensor penciuman.

Kemampuan terinfeksinya fungsi otak dapat menjelaskan beberapa kasus kegagalan pernapasan pada pasien COVID-19, bukti menunjukkan bahwa Virus Corona dapat menyerang sistem saraf pusat.

Beberapa pasien COVID-19 juga mengalami masalah neurologis, termasuk kebingungan, stroke dan kejang, menurut Times.

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya