Menkumham: Ada 10 Narapidana yang Dibebaskan Kembali Buat Kejahatan

Yasonna menyatakan pihaknya akan terus mengawasi para narapidana yang dibebaskan melalui program asimilasi dan integrasi.

oleh Fachrur Rozie diperbarui 13 Apr 2020, 17:02 WIB
Menkumham Yasonna Laoly mengikuti Rapat Kerja dengan Baleg DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Kamis (16/1/2020). Baleg DPR membuka peluang mengurangi jumlah RUU program legislasi nasional (prolegnas) prioritas tahun 2020-2021 dari 50 RUU menjadi 40 RUU prolegnas prioritas. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Hukum dan HAM Yasonna Laoly menyebut pihaknya sudah membebaskan sekitar 35 ribu narapidana melalui program asimilasi dan integarasi berkaitan dengan pencegahan penularan virus corona atau Covid-19 di lembaga pemasyarakatan dan rumah tahanan.

Yasonna menyebut, dari 35 ribu narapidana yang dibebaskan, terdapat 10 orang di antaranya yang kembali berulah.

"Dari jumlah tersebut, tercatat ada 10 warga binaan yang kembali berulah saat menjalani program asimilasi dan integrasi. Ada yang kembali ditangkap karena kasus mencuri, mabuk dan kekerasan, serta kasus narkoba," ujar Yasonna, Senin (13/3/2020).

Yasonna menyatakan pihaknya akan terus mengawasi para narapidana yang dibebaskan melalui program asimilasi dan integrasi tersebut. Yasonna mengatakan, narapidana yang dibebaskan dan kembali berulah tersebut mendapatkan sanksi yang berat.

"Jika berulah lagi, warga binaan asimilasi dimasukkan ke straft cell (sel pengasingan). Saat selesai masa pidananya, diserahkan ke polisi untuk diproses tindak pidana yang baru," kata Yasonna.

Yasonna mengatakan, dirinya sudah menginstruksikan jajaran Direktorat Jenderal Pemasyarakatan (Ditjen Pas) Kemenkumham untuk berkoordinasi dengan Polri dan Kejaksaan guna mengoptimalkan pengawasan terhadap narapidana asimilasi tersebut.

 

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:


Tidak Ada Toleransi

Ilustrasi pengamanan penjara (AFP/Justin Tallis)

Yasonna menyebut pihaknya tidak akan menolerir warga binaan yang berulah kembali saat menjalani asimilasi dan integrasi. Namun, penangkapan kembali warga binaan tersebut adalah bukti berjalannya koordinasi antara jajaran Ditjen PAS dengan aparat penegak hukum lainnya.

"Ada yang bilang program ini gagal dan mengancam keamanan nasional. Saya rasa sebaliknya. Ini bukti koordinasi pengawasan berjalan baik," kata dia.

Dasar memberikan asimilasi dan integrasi pada puluhan ribu warga binaan, kata Yasonna, didasari alasan kemanusiaan terhadap penghuni lapas dan rutan yang over kapasitas di tengah pandemi Covid-19. Dia yakin program ini akan berhasil dengan kerja sama semua pihak, koordinasi Ditjen PAS serta penegak hukum, masyarakat, dan pihak keluarga yang memberi jaminan.

"Jika ada berita tentang warga binaan kembali berulah, segera koordinasi ke Polres setempat. Periksa, jika itu adalah warga binaan yang diasimilasikan, langsung masukkan lagi ke straft cell," kata dia.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya