Di Tengah Lockdown, India dan Spanyol Mulai Izinkan Industri Beroperasi

Pekerja yang paling awal diizinkan kembali mencari nafkah ke lapangan ialah pegawai pabrik dan konstruksi.

oleh Athika Rahma diperbarui 13 Apr 2020, 20:00 WIB
Sebuah drone terlihat saat pemberlakuan lockdown di Chennai, India, Sabtu (4/4/2020). Polisi India mengerahkan drone untuk memantau kegiatan warga dan menyebarkan pengumuman kesadaran selama lockdown nasional untuk mencegah penyebaran virus corona COVID-19. (Arun SANKAR/AFP)

Liputan6.com, Jakarta - Pandemi Corona yang menghantam di berbagai negara membuat ekonomi merosot. Untuk mendongkrak ekonomi, negara seperti India dan Spanyol mulai mengizinkan lagi industri beroperasi meskipun masih dalam kondisi lockdown.

Mengutip laman Bloombergquint, Senin (13/4/2020), India mempertimbangkan untuk mengizinkan beberapa jenis industri dan pabrik serta layanan publik untuk melanjutkan kembali operasional mereka.

"Perusahaan besar, dengan etika social distancing yang diterapkan dengan benar di sektor-sektor seperti tekstil, otomotif, dan elektronik dipertimbangkan untuk diizinkan beroperasi dengan kapasitas 20-25 persen," demikian dikutip oleh Liputan6.com.

Sekretaris Departemen Promosi Industri dan Perdagangan Domestik India Guruprasad Mohapatra menyatakan, perusahaaan dipertimbangkan untuk beroperasi kembali dengan catatan penyediaan transportasi dan penjadwalan kerja yang sesuai dengan protokol kesehatan di tengah pandemi.

Setali tiga uang dengan India, Spanyol juga segera mengizinkan warganya untuk bekerja kembali. Perdana Menteri Spanyol, Pedro Sanchez merilis dokumen panduan bagi masyarakat yang bersiap bekerja ke kantor mulai pekan depan.

Dokumen panduan tersebut dikembangkan oleh Menteri Kesehatan Spanyol dan berisi informasi tentang virus Corona, bagaimana penerapan jarak aman untuk mencegah tertularnya virus ini dan etika kerja di kantor terlepas dari pandemi yang masih berlangsung.

"Pekerja yang paling awal diizinkan kembali mencari nafkah ke lapangan ialah pegawai pabrik dan konstruksi," demikian dikutip dari laman Newsweek.

Namun demikian, dokumen panduan tersebut masih menyarankan agar pekerja melakukan "teleworking" atau bekerja dari rumah jika masih memungkinkan.

 

**Ayo berdonasi untuk perlengkapan medis tenaga kesehatan melawan Virus Corona COVID-19 dengan klik tautan ini.


Lockdown Corona COVID-19 di India Berdampak pada 40 Juta Anak Miskin

Seorang pilot (kiri) mengoperasikan drone saat pemberlakuan lockdown di Chennai, India, Sabtu (4/4/2020). Polisi India mengerahkan drone untuk memantau kegiatan warga dan menyebarkan pengumuman kesadaran selama lockdown nasional untuk mencegah penyebaran virus corona COVID-19. (Arun SANKAR/AFP)

Kebijakan lockdown di India selama 21 hari, yang ditujukan untuk menghentikan penyebaran virus corona, telah membuat jutaan anak-anak di sana hidup dalam kekacauan, menurut laporan BBC.

Puluhan ribu anak-anak menelepon saluran bantuan setiap hari, sementara ribuan orang tidur dengan perut lapar ketika negara itu melakukan lockdown untuk memerangi pandemi virus corona.

Dengan 472 juta anak, India memiliki populasi anak terbesar di dunia dan para pegiat mengatakan, lockdown berdampak pada sekitar 40 juta anak-anak dari keluarga miskin, demikian seperti dikutip dari BBC, Sabtu (11/4/2020).

ni termasuk mereka yang bekerja di pertanian dan ladang di daerah pedesaan, serta anak-anak yang bekerja sebagai pemulung di kota, atau menjual balon, pena, dan pernak-pernik lainnya di lampu lalu lintas.

Sanjay Gupta, direktur Chetna, sebuah badan amal yang berbasis di Delhi yang bekerja dengan pekerja anak dan anak jalanan, mengatakan bahwa yang paling parah terkena dampak adalah jutaan anak-anak tunawisma yang tinggal di kota-kota - di jalan-jalan, di bawah jalan layang, atau di jalur sempit dan gang.

"Selama lockdown, semua orang diperintahkan untuk tinggal di rumah. Tapi bagaimana dengan anak-anak jalanan. Ke mana mereka pergi?," kata Sanjay.

Menurut sebuah perkiraan, Delhi memiliki lebih dari 70.000 anak jalanan. Tetapi Gupta mengatakan angka itu benar-benar jauh lebih tinggi. Dan anak-anak ini, katanya, biasanya sangat mandiri.

"Mereka mencari cara mereka sendiri untuk bertahan hidup. (Tapi,) ini adalah pertama kalinya mereka membutuhkan bantuan," lanjutnya.

"Tapi mereka tidak ada dalam sistem dan mereka tidak mudah menjangkau, terutama dalam situasi saat ini. Pekerja amal kita tidak bisa bergerak kecuali mereka kerja lembur," katanya.

Dan izin sulit diperoleh, karena badan amal seperti Chetna tidak dianggap layanan penting di tengah pandemi virus corona di India.

Jadi, kata Gupta, mereka telah menggunakan cara-cara inovatif untuk tetap berhubungan dengan anak-anak.

"Banyak dari anak-anak ini memiliki ponsel, dan karena mereka umumnya tinggal dalam kelompok, kami mengirimi mereka pesan atau video TikTok tentang cara menjaga keamanan dan tindakan pencegahan apa yang harus mereka ambil."

"Sebagai gantinya, dia juga menerima pesan video dari anak-anak, beberapa di antaranya dia kirimkan kepada saya. Mereka memberikan rasa takut dan ketidakpastian yang telah menguasai hidup mereka."

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya