5 Tim Ini Mencicipi Kekalahan Paling Memalukan di Panggung Sepak Bola

Pada dasarnya tidak ada yang mau kalah saat bertanding sepak bola.

oleh Alfi Yuda diperbarui 14 Apr 2020, 07:45 WIB
Kekalahan Arsenal dari Manchester United di Old Trafford, Agustus 2011, menjadi salah satu kekalahan paling memalukan di panggung sepak bola. (AFP/Andrew Yates)

Jakarta - Layaknya di semua cabang olahraga, tidak ada yang mau kalah saat bertanding sepak bola. Toh pada akhirnya harus ada yang menerima hasil tersebut. 

Kemenangan menjadi tujuan utama dalam sebuah pertandingan profesional. Itulah mengapa, banyak hal dilakukan sebuah tim untuk meraup kemenangan.

Namun, apa jadinya jika suatu tim justru kalah? Meski tetap dalam konteks profesional dan sportivitas, tetap saja kesedihan dan kekecewaan atau bahkan penyesalan dirasakan seluruh elemen tim.

Apalagi jika kekalahan itu terjadi dalam laga krusial, seperti final sebuah turnamen atau pertandingan penentu gelar lainnya. Juga, apabila kalah dari tim rival.

Di era sekarang ini, kekalahan bisa terasa makin menyakitkan dan memalukan, karena tak jarang kerap jadi olok-olok antarpenggemar di media sosial dan meninggalkan jejak digital yang sulit dihapus.

Para pelaku, seperti pemain maupun pelatih, bisa jadi juga dihantui kekalahan tersebut sepanjang karier mereka.

Ada beberapa pertandingan yang berakhir dengan kekalahan memalukan bagi satu di antara tim, seperti pembicaraan di atas. 

Pencinta sepak bola mungkin masih ingat, duel Manchester United versus Manchester City pada Oktober 2011. Itu menjadi kekalahan Setan Merah di kandang pertama dengan skor terbesar sejak 1995. Sangat memalukan karena lawan mereka adalah rival abadi.

Berikut lima laga dengan kekalahan paling memalukan yang dialami sebuah tim sepanjang sejarah sepak bola seperti dilansir Bola.com dari Give Me Sport:


Liverpool 4-0 Barcelona

Striker Barcelona, Lionel Messi, berusaha melewati pemain Liverpool pada laga semifinal Liga Champions 2019 di Stadion Anfield, Selasa (7/5). Liverpool menang 4-0 atas Barcelona. (AP/Dave Thompson)

Liverpool berhasil mempermalukan Barcelona dalam laga Musim 2018-2019 pada duel semifinal leg kedua Liga Champions 2018-2019, 7 Mei 2019, dengan skor 4-0.

Kemenangan itu di hadapan publik sendiri di Anfield itu berhasil membawa the Reds melaju ke partai final lantaran unggul agregat gol 4-3.

Sementara, kekalahan telak 0-4 itu menimbulkan luka berkepanjangan buat skuat Blaugrana dan dikenang bak aib hingga sekarang.

 


Manchester United 8-2 Arsenal

Striker Manchester United Wayne Rooney seusai mencetak hat-trick ke gawang Arsenal dalam lanjutan EPL di Old Trafford, 28 Agustus 2011. MU unggul 8-2. AFP PHOTO/ANDREW YATES

Tak ada yang menyangka Arsenal bakal babak belur saat menjalani laga tandang menghadapi Manchester United di Old Trafford, 28 Agustus 2011.

Saat itu baru awal musim, namun the Gunners sudah merasakan kekalahan begitu telak.

Kala itu, Arsenal baru ditinggalkan Cesc Fabregas dan Samir Nasri. Meriam London hanya mengandalkan Robin van Persie sebagai mesin gol, dan Carl Jenkinson, Johan Djourou, Laurent Koscielny, dan Armand Traore sebagai kuartet di lini belakang.

Kemenangan telak ini bahkan membuat pelatih Manchester United ketika itu, Alex Ferguson, tak percaya.

"Ketika Anda bermain melawan Arsenal, Anda tak mengharapkan hasil seperti itu," ujar Ferguson.

 


Barcelona 6-1 Paris Saint-Germain

Gelandang Barcelona, Sergi Roberto melakukan selebrasi usai mencetak gol kemenangan di 16 besar Liga Champions antara Barcelona dan Paris Saint-Germain (PSG) di stadion Camp Nou, Spanyol (9/3). Barcelona menang 6-1 (agregat 6-5). (AP/Emilio Morenatti)

Klub raksasa Prancis, Paris Saint-Germain (PSG), punya memori menyeramkan di Camp Nou, markas Barcelona. Di sana, Les Parisiens dipermak PSG dengan skor 1-6.

Memori kelam itu terjadi pada leg kedua 16 besar Liga Champions 2016-2017, 9 Maret 2017. 

PSG datang ke Camp Nou dengan keunggulan 4-0 di leg pertama. Alih-alih melenggang ke perempat final, PSG yang kala itu dilatih Unai Emery pulang dengan menanggung malu setelah kalah 1-6.

Padahal, sebelumnya belum pernah ada dalam sejarah Liga Champions, satu klub membalikkan situasi setelah tertinggal 0-4. Barcelona mampu melakukannya dan PSG tersingkir secara menyesakkan.


Australia 31–0 American Samoa

Timnas Australia (AFP)

Timnas Australia akan dikenang sebagai tim "raja tega" setelah menggelontor lawan, Samoa Amerika, dengan skor sensasional: 31-0.

Pertandingan yang berujung memalukan buat Samoa Amerika itu terjadi pada laga kualifikasi Piala Dunia 2002, 11 April 2001, di Australia.

Padahal, kala itu tim tuan rumah hanya memainkan pemain lapis kedua. The Socceroos menyimpan nama-nama tenar, seperti Harry Kewel dan Mark Viduka. Namun, tetap saja tim tamu pulang dengan kepala tertunduk.

Perbedaan kualitas mendasari skor fenomenal tersebut. FIFA lantas mengubah format kualifikasi Piala Dunia di zona Oceania untuk memastikan hasil seperti itu tidak terulang lagi.

Namun, nasi sudah menjadi bubur. Samoa Amerika terpaksa menanggung aib kalah begitu telaknya di pentas sepak bola internasional.

 


Brasil 1-7 Jerman

Ekspresi David Luiz usai Brasil dipermalukan Jerman 7-1 pada semifinal Piala Dunia 2014. (Sokkaa)

Kekalahan 1-7 atas Jerman sudah sukup buruk bagi Brasil. Kekalahan besar itu makin diperburuk karena terjadi di hadapan publik sendiri.

Kekalahan mengejutkan ini terjadi pada semifinal Piala Dunia 2014 di Belo Horizonte, Brasil, 8 Juli 2014.

Laga baru berjalan setengah jam, Brasil harus merelakan gawangnya dibobol sebanyak lima gol.

Jerman pun akhirnya keluar sebagai juara Piala Dunia 2014 setelah di final menumbangkan Argentina dengan skor 1-0.

Hingga sekarang, masih banyak pencinta sepak bola yang masih tak percaya, Brasil bermain begitu buruk hingga harus menanggung malu dipermak Brasil dengan skor telak 1-7.

 

Sumber: Give Me Sport

Disadur dari: Bola.com (Penulis: Alfi Yuda/Editor: Aning Jati, published 13/4/2020)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya