Liputan6.com, Turin - Matthijs De Ligt (19) mengenang pertama kali ia masuk ke ruang ganti Juventus saat baru bergabung dari Ajax Amsterdam awal musim ini. Pemain asal Belanda itu mengaku seperti berada di toko permen.
"Tentu saja, ketika saya berada di ruang ganti untuk pertama kali, saya merasa seperti seorang anak di toko permen, Ada Gianluigi Buffon, ada Cristiano Ronaldo," kata De Ligt.
Advertisement
De Ligt bergabung dengan Juventus setelah tampil apik bersama Ajax di Liga Champions musim lalu. Meski baru berusia 19 tahun, ia sudah menjadi kapten tim dan membawa Ajax ke fase semifinal.
Sebagai bek, Juventus mempersiapkan De Ligt sebagai penerus Giorgio Chiellini dan Leonardo Bonucci yang telah menua. Pilihan Bianconeri -julukan Juventus pun sepertinya tepat.
Meski sempat kesulitan di awal musim, De Ligt perlahan mampu melapis Chiellini. Ia pun makin sering dipasangkan dengan Bonucci di jantung pertahanan Juventus.
De Ligt mengakui, ia sempat kagok saat baru bergabung. Namun ia merasa perlahan mampu menyesuaikan diri.
"Setelah dua bulan, saya merasa saya bisa menjadi diri saya sendiri," katanya.
Faktor Kepercayaan Diri
De Ligt menambahkan, faktor kepercayaan diri pula yang membuat Juventus mau menggaetnya. Menurut De Ligt, Juventus menyadari usianya yang masih muda membuatnya perlu beradaptasi dengan Italia.
"Juve mengatakan kepada saya bahwa saya masih muda. Tetapi mereka memberi alasan kenapa mereka memboyong saya karena saya telah dewasa dan tahu cara menangani tekanan," kata De Ligt.
Advertisement
Diberi Kepercayaan
Lebih lanjut, De Ligt pun mengatakan, Juventus sangat mengerti kondisinya. Satu hal yang penting, pihak klub juga percaya dengan kemampuannya.
"Mereka juga mengatakan sulit bagi pemain 19 tahun pergi ke tempat lain. Tetapi kami percaya denganmu bahwa Anda akan segera mendapatkan tempat," katanya.