Konsumsi Listrik Turun 24 Persen Efek Corona Covid-19

Pengguna listrik perkantoran menjadi sektor yang mengalami penurunan paling tinggi.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 14 Apr 2020, 15:50 WIB
Meteran listrik terlihat di Rumah Susun Benhil, Jakarta, Kamis (28/11/2019). Pemerintah akan melakukan penyesuaian tarif listrik untuk golongan Rumah Tangga Mampu (RTM) 900 VA pada 1 Januari 2020, kenaikan tarif listrik diperkirakan mencapai Rp29.000 per bulan. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Liputan6.com, Jakarta - Pandemi corona Covid-19 yang menyerang banyak negara di dunia, telah merubah segalanya, termasuk konsumsi listrik di Indonesia, yang turun hingga 24 persen.

Hal tersebut diungkapkan oleh General Manager PT PLN Distribusi Jakarta Raya, M Ikhsan Asaad, Selasa (14/4/2020) dalam sebuah video konverensi. Dalam paparannya, Ikhsan menjelaskan oenurunan tersebut masih berlangsung dan bertambah menyusul adanya pembatasan Sosial Skala Besar (PSBB).

"Memang covid-19 ini merubah segalanya, termasuk konsumsi listrik. Jadi kita lihat, China itu turun sampai 8 persen ya konsumsi listrik. Di Italia itu turun sampai 20 persen, kemudian di Perancis juga turun hampir 16 persen. Jadi, overall ya hampir semua negara yang ter-impact dari pandemik covid-19 ini memang merasakan turunnya konsumsi listrik," ujarnya.

Di Jakarta sendiri, lanjut Ikhsan, juga demikian. Setelah Presiden menghimbau masyarakat untuk work from home, kemudiaan diikuti oleh instruksi Gubernur untuk Social Distancing sejak tanggal 16 Maret, terjadi penurunan beban listrik yang luar biasa.

"Jadi, sampai dengan hari ini itu rata-rata turun 24 persen dibanding tahun lalu. Karena kan di Jakarta ini 70 persen konsumsi listrik dari pelanggan-pelanggan industri besar. Rumah tangga banyak, tapi tidak banyak menggunakan listrik," kata Ikhsan.

 


Perkantoran Turun Paling Tinggi

Banner Infografis Mati Listrik di Jakarta dan Separuh Pulau Jawa. (Merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Adapun penyrunan konsumsi listrik di beberapa sektor, diantaranya, mall yang turun hampir 10 persen, kemudian hotel mencapai 18 persen. Industri turun hingga 20 persen.

Kemudian perkantoran, selama WFH turun sampai 39 persen.

"Indonesia sendiri di minggu-minggu terakhir bulan Maret itu masih 9 persen. Tapi di awal April sampai dengan pemberlakuan PSBB di JAkarta itu sampai 24 persen," beber Ikhsan.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya