Anthony Sinisuka Ginting Masih Simpan Dua Impian Terbesarnya

Anthony Sinisuka Ginting masih menyimpan dua impian besar yang ingin diwujudkannya di kancah bulutangkis.

oleh Yus Mei Sawitri diperbarui 15 Apr 2020, 05:00 WIB
Tunggal putra Indonesia, Anthony Sinisuka Ginting, saat menghadapi tunggal China, Huang Yu Xiang, pada laga Indonesia Masters 2020 di Istora Senayan, Jakarta, Jumat (17/1). Anthony Ginting menang 21-11, 21-14 atas Huang Yu Xiang. (Bola.com/Yoppy Renato)

Jakarta Tunggal putra Indonesia, Anthony Sinisuka Ginting,  menjadi salah satu tumpuan tim bulutangkis Indonesia di berbagai turnamen bergengsi, baik individu maupun beregu. 

Pemain asal Cimahi, Jawa Barat tersebut telah menembus persaingan elite bulutangkis dunia. Posisinya di peringkat enam dunia menunjukkan Anthony bukan lagi pemain yang bisa diremehkan. 

Anthony Sinisuka Ginting telah mengoleksi berbagai gelar mulai medali SEA Games hingga Kejuaraan Bulutangkis Asia. Di level individu, pemain berusia 23 tahun itu pernah menjuarai Indonesia Masters (Super 500) hingga China Terbuka (Super 1.000). Namun, Anthony Ginting menyadari masih banyak impian yang ingin dicapainya. 

Bulutangkis punya pengaruh besar dalam kehidupan Anthony. Faktor itu yang membuatnya tak mau setengah-setengah melakoni kariernya di dunia tepok bulu. "Kalau tidak bermain bulutangkis, saya tidak tahu sekarang jadi apa," kata Anthony dalam wawancara dengan Olympic Channel yang diunggah melalui akun Twitter resminya, Senin (13/4/2020).   

Anthony nyaris mengenal bulutangkis seumur hidupnya. Dia sudah menggeluti olahraga tersebut sejak berusia 4 tahun atau 5 tahun. Sang ayah yang mengenalkan pada olahraga yang kini menjadi jalan hidupnya tersebut. 

"Di tempat Papa mengajak saya bermain bersama teman-temannya, ada satu klub bulutangkis kecil. Papa saya berpikir mungkin saya harus mencoba ikut di klub tersebut," kata Anthony mengenang memori awalnya menekuni bulutangkis. 

"Pada umur 13 atau 14 tahun saya sudah benar-benar fokus ke bulutangkis, sudah fokus latihan, sembari masih tetap sekolah. Saya setiap pagi sampai siang sekolah, kemudian setelah itu istirahat sebentar. Sorenya latihan lagi," urai Anthony Sinisuka Ginting.  

 


Hadapi Tekanan Besar

Tunggal putra Indonesia, Anthony Ginting, menggigit mendali usai menjuarai Indonesia Masters 2018 di Istora Senayan, Minggu (28/1/2018). Anthony Ginting menang 21-13 dan 21-12. (Bola.com/M Iqbal Ichsan)

Anthony menyadari kultur Indonesia membawa konsekuensi logis bagi pebulutangkis seperti dirinya. Indonesia sejak dulu dikenal sebagai satu di antara kekuatan bulutangkis dunia dan tak pernah berhenti melahirkan bintang-bintang yang sarat prestasi. 

Saat bulutangkis kali pertama dipertandingkan di Olimpiade, Indonesia langsung menyabet dua medali emas melalui Susy Susanti dan Alan Budikusuma. Adapun Rudy Hartono masih menjadi pebulutangkis tunggal putra paling sukses di All England dengan koleksi delapan gelar. 

Tak heran, masyarakat selalu menuntut prestasi tinggi dari bulutangkis. Publik Tanah Air selalu haus gelar, terutama dari turnamen-turnamen bergengsi seperti Olimpiade. 

Tekananan publik terhadap pebulutangkis yang tinggi itu disadari sepenuhnya oleh Anthony. Namun, bagi Anthony tekanan seperti itu sangat wajar. 

"Semua pemain merasakan tekanan yang sama. Mereka punya keinginan kuat untuk juara di Olimpiade dan turnamen-tiurnamen lain juga. Kami sudah terbiasa juga dengan tekanan. Saat menjalani pertandingan-pertandingan selalu ada tuntunan untuk menang, seperti di Piala Thomas da Asian Games, tepatnya pertandingan saat kami bawa nama negara," kata Anthony.  

Ada kalanya Anthony juga mengalami stres ketika pertandingan yang dilakoni tak berujung hasil yang tak diharapkan. Anthony ternyata punya trik khusus untuk mengatasi stres ketika menelan kekalahan di suatu turnamen. 

"Saya suka makanan Indonesia. Tapi kalau misal bertanding di luar negeri dan kalah pasti stres. Daripada diam di kamar dan pikiran bertaambah, saya memilih keluar cari makanan-makanan enak," urai Anthony Ginting mengatasi stres setelah kalah pada suatu pertandingan.  

 


Bulutangkis Mengubah Anthony dan Keluarga

Pebulutangkis Indonesia, Anthony Sinisuka Ginting (kanan) bersama ibunya usai laga final tunggal putra Indonesia Masters 2020 melawan Anders Antonsen (Denmark) di Istora GBK, Jakarta, MInggu (19/1/2020). Anthony Sinisuka Ginting unggul 17-21 21-15 21-9. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Setelah hampir 20 tahun menggeluti bulutangkis, Anthony sangat menyadari perubahan besar dalam hidupnya. Dia mengakui bulutangkis telah megubah hidup dirinya dan keluarga.

"Saya jadi bisa bantu dan jadi berkat buat keluarga, itu karena bulutangkis. Kata orang saya juga bisa dapat banyak uang untuk bantu keluarga," kata Anthony Ginting. 

Meski sudah bercokol di papan atas dunia tunggal putra, Anthony Ginting menyadari masih banyak yang ingin digapainya. Masih banyak turnamen yang belum dia menangi, seperti Indonesia Open, All England, hingga kejuaraan beregu yang bergengsi seperti Piala Thomas dan Piala Sudirman. 

Ketika diminta memilih turnamen yang paling ingin dijuarainya, Anthony sudah mantap memilih. 

"Yang belum saya capai di bulutangkis masih banyak. Saya masih punya kesempatan dan ingin juara Asian Games dan Olimpiade. Semua ingin juara, apalagi itu multievent yang bergengsi, empat tahun sekali, dan semua pemain berlomba-lomba ingin juara. Saya ingin juara Asian Games dan Olimpiade," tegas Anthony. 

Sumber: Olympic Channel 

Disadur dari: Bola.com (penulis/editor, Yus Mei Sawitri, published 14/4/2020)

 

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya