Kasus Corona COVID-19 di Indonesia Lebih Banyak? Ini Kata Ilmuwan AS

Angka kematian di Indonesia akibat Virus Corona (COVID-19) relatif tinggi membuat ilmuwan AS penasaran dengan total kasus.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 15 Apr 2020, 11:54 WIB
Presiden Jokowi mengikuti pertemuan KTT ASEAN secara virtual pada Selasa 14 April 2020 guna membahas pandemi Corona COVID-19. (Dok: Sekretariat Presiden)

Liputan6.com, Jakarta - Angka kematian di Indonesia akibat Virus Corona (COVID-19) menjadi sorotan karena termasuk dalam daftar tertinggi di dunia. Persentasi kematian di Tanah Air juga lebih tinggi dari rata-rata dunia.

Pakar kesehatan Amerika Serikat (AS) mengaku "penasaran" dengan data di Indonesia. Sebab, jumlah kematian sangat tinggi tapi kasus positif rendah.

Ia menduga banyak kasus Virus Corona yang tidak dilaporkan.

"Jika sebuah negara menyajikan data, lalu kita melihat sedikitnya jumlah kasus tetapi angka kematian yang relatif tinggi, kami menjadi penasaran apakah ada kasus-kasus yang tak dilaporkan," ujar Barbara Marston yang menjabat sebagai International Task Force Lead di Centers for Disease Control and Prevention (CDC) dalam teleconference, Rabu (15/4/2020).

"Di Indonesia ada jumlah kasus parah dan kematian yang relatif tinggi, sehingga itu membuat penasaran apakah bila ada tes tambahan, maka akan ada kasus-kasus tambahan," lanjutnya.

Berdasarkan laporan Selasa 14 April 2020, ada total 4.839 kasus di Indonesia dan 459 meninggal, sehingga kasus meninggal mencapai 9,4 persen. Rata-rata dunia adalah 6,3 persen.

Kasus positif di RI masih di bawah 5.000 orang, tetapi ada lebih dari 139 ribu orang Indonesia yang masuk kategori Orang Dalam Pemantauan (ODP) yang tidak semuanya ikut tes Virus Corona jenis baru.

Meski demikian, Dr. Marston berkata pihaknya tidak mempertanyakan laporan resmi. Pihak CDC tidak intervensi laporan resmi, namun memang ada rasa penasaran terkait data sebenarnya. 

"Hal tersebut tidak sama dengan mempertanyakan laporan resmi, kami tidak melakukan hal itu. Tetapi kami penasaran apakah jika ada tes tambahan maka ada kasus tambahan," pungkasnya. 

Load More

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:


Update 15 April 2020: Kasus Positif Corona di Jakarta Tembus 2.447 Orang

Calon penumpang menanti KRL di Stasiun Manggarai, Jakarta, Senin (13/4/2020). Seiring dengan pemberlakuan PSBB di DKI Jakarta, PT KCI membatasi operasional KRL dari pukul 06.00 WIB hingga 18.00 WIB dengan jumlah penumpang 60 orang di setiap gerbongnya. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Jumlah pasien positif virus corona atau Covid-19 di DKI Jakarta terus naik. Berdasarkan data yang diakses Liputan6.com di website corona.jakarta.go.id pada Rabu (15/4/2020) pukul 09.35 WIB, jumlah kasus positif di ibu kota tembus 2.447 pasien.

Dalam website tersebut juga dituliskan jumlah pasien corona Covid-19 yang dinyatakan sembuh sebanyak 164 orang, meninggal 246 orang, yang masih mendapatkan perawatan 1.424 orang, dan isolasi mandiri sebanyak 613 orang. 

Selain itu, jumlah yang masih menunggu hasil sebanyak 876 kasus. Kemudian sebanyak 1.388 kasus yang telah diketahui titik penyebaran berdasarkan kelurahannya, dan sisanya 1.059 belum diketahui.

Adapun 1.388 kasus corona Covid-19 yang telah diketahui tersebut tersebar di lima kota administrasi DKI Jakarta, mulai dari Jakarta Barat, Jakarta Pusat, Jakarta Selatan, Jakarta Timur, dan Jakarta Utara.

Sementara itu, Juru Bicara Pemerintah untuk Percepatan Penanganan Covid-19, Achmad Yurianto membeberkan, berdasarkan data per tanggal 14 April 2020 terdapat 130 ribu lebih kasus yang masuk dalam kategori orang dalam pemantauan (ODP) terkait virus corona.

"Sementara kelompok saudara-saudara kita yang termasuk dalam kategori orang dalam pemantauan, sampai saat ini sudah tercatat 139.137 orang," ujar Yuri di Graha BNPB, Jakarta Pusat, Selasa kemarin.

Yuri menyebut, orang yang masuk dalam kategori ODP ini berpotensi menjadi sumber penularan virus corona. Sebab, mereka yang masuk dalam kategori ODP ini hanya mengalami gejala ringan hingga sedang. Bahkan, pada beberapa kasus, ODP tak merasakan gejala apapun.

"Tidak menutup kemungkinan dari saudara-saudara kita yang masuk dalam pemantauan (ODP) dengan kondisi yang tidak sakit, dengan kondisi yang sakit ringan berpotensi menjadi sumber penularan apabila tidak segera dirawat dengan baik, apabila tidak segera melaksanakan isolasi diri, karantina diri dengan cara yang sebaik-baiknya," kata dia.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya