Antonio Conte Disebut Sebagai Pelatih Lebay

Pelatih Inter Milan Antonio Conte dinilai terlalu berlebihan. Sebab, juru taktik berusia 50 tahun itu tidak pernah berhasil di Eropa.

oleh Bogi Triyadi diperbarui 15 Apr 2020, 18:30 WIB
3. Antonio Conte – Pria asal Italia ini telah berhasil mempersembahkan gelar juara bagi Juventus dan Chelsea. Prestasi tersebut membuat Inter Milan menunjuknya sebagai juru taktik untuk mengembalikan masa kejayaan La Beneamata. (AP/Luca Bruno)

Liputan6.com, Milan - Antonio Conte dikenal sebagai ahli taktik dan spesialis dalam memenangkan liga domestik. Selain itu, dia juga tidak pernah takut untuk berteriak memberikan instruksi di pinggir lapangan.

Antonio Conte sering dipuji karena sifat vokalnya di pinggir lapangan. Pelatih asal Italia tersebut juga berani membalas kritik yang ditujukan padanya.

Antonio Conte mencatat kesuksesan di Liga Italia dengan memenangkan tiga Scudetto ketika melatih Juventus. Ia juga memenangkan trofi Liga Inggris saat melatih Chelsea.

Sekali lagi, juru taktik berusia 50 tahun itu dipuji di musim 2019-2020. Sebab, dia mampu membangun skuat Inter Milan untuk bersaing dengan Juventus untuk gelar Serie A.

Namun, Aldo Agroppi berpendapat sebaliknya tentang Antonio Conte. "Saya tidak suka Conte karena sifat eksibisionisnya, terlalu banyak teriakan dan drama di sisi lapangan. Anda tidak akan menang dengan menunjukkan aksi sirkus dan lolongan," kata pria yang berprofesi sebagai pandit itu kepada TMW Radio seperti dikutip Football-Italia.

 

 

 

Load More

Bukan Pelatih Hebat

Pelatih Inter Milan, Antonio Conte, memberikan instruksi saat melawan SPAL pada laga Serie A Italia di Stadion San Siro, Millan, Minggu (1/12). Inter menang 2-1 atas SPAL. (AFP/Miguel Medina)

Agroppi yang pernah bermain untuk Genoa, Torino, Perugia, dan Fiorentina menilai Antonio Conte bukan pelatih hebat. "Dia selalu bersama tim hebat, tapi juga kerap menerima kekalahan yang berat. Saat saya mendengar opini kalau dia yang memberikan mentalitas kuat kepada tim Italia, saya tertawa," ucapnya.

"Conte hanya memainkan bagian itu, cocok untuknya ketika dia menang. Tetapi ketika dia kalah, dia menjadi tidak tertahankan bagi para pemain dan sutradara. Jangan lupa, bahwa Italia bahkan tidak masuk ke empat besar di Eropa."

"Conte dinilai terlalu berlebihan, karena sekali lagi musim ini ia tersingkir dari Liga Champions pada babak pertama bersama Inter dan tertinggal di Serie A. Ia dipecat oleh Arezzo dan Atalanta," tambah Agroppi.

 


Rajin Menang

Menurut Agroppi, sukses Antonio Conte di Juventus adalah hal yang wajar. "Dia memenangkan Scudetto dengan Juventus, seperti yang dilakukan banyak orang lain, tetapi tidak pernah membuat dampak di Liga Champions," ucapnya.

"Saya tidak keberatan jika dia tidak bertindak terlalu berlebihan tentang hal itu, dengan perintah dan teriakannya. Itu hanya dapat diterima selama Anda menang, jika tidak Anda menjadi menjengkelkan "

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya