Liputan6.com, Jakarta - India telah menandatangani kontrak dengan pihak Rusia pada tahun 2018-2019 untuk lima skuadron rudal S-400 yang tiga di antaranya telah tiba di negara tersebut.
Pengiriman dua sisanya terhambat karena konflik Rusia-Ukraina.
Advertisement
“Tiga skuadron telah dioperasionalkan di sektor-sektor penting. Sementara satu unit sedang mengawasi China dan Pakistan,” kata Kementerian Pertahanan dikutip dari ANI News, Kamis (2/11/2023).
Para pejabat Rusia dan India akan kembali bertemu lagi untuk membahas jadwal pengiriman akhir dari dua skuadron rudal yang tersisa.
Pihak Rusia belum begitu jelas memberi tahu mengenai jadwal pengiriman akhir. Lantaran Moskow masih terlibat konflik dengan Kyiv.
Sumber lebih lanjut menyebutkan bahwa beberapa laporan menunjukkan bahwa skuadron yang diproduksi untuk Angkatan Udara India digunakan oleh Rusia untuk keperluan mereka sendiri tetapi tidak ada yang dikonfirmasi.
Sementara itu, Dewan Akuisisi Pertahanan India baru-baru ini menyetujui pengadaan sistem Indian Long Range Surface to Air Missile di bawah Proyek Kusha setelah proyek pengembangan tersebut disetujui oleh Komite Kabinet Keamanan negara tersebut.
Angkatan Udara India bekerja sama dengan DRDO untuk mempercepat jadwal pengiriman LR-SAM. Rudal jarak jauh tiga lapis (LRSAM) yang merupakan sistem pertahanan yang akan mampu menjatuhkan pesawat dan rudal musuh.
Sistem ini akan dilengkapi dengan sistem pertahanan udara yang sudah ada, termasuk Rudal Jarak Menengah (MRSAM).
Pasukan India dan China Kembali Tegang di Perbatasan
Sebelumnya pada tahun 2022, pasukan India dan China terlibat dalam "pertarungan" di perbatasan Himalaya yang disengketakan. Hal menyebabkan beberapa orang terluka di kedua sisi, kata sumber pada Senin (12 Desember 2022).
Dilansir Channel News Asia, hubungan antara raksasa Asia yang bersenjata nuklir itu berada di titik terendah sejak bentrokan yang menewaskan 20 tentara India dan setidaknya empat tentara China di perbatasan dataran tinggi mereka pada Juni 2020.
Insiden lain juga terjadi pada 9 Desember, dimana ada latihan militer gabungan AS-India di dekat perbatasan, menyebabkan "cedera ringan pada beberapa personel dari kedua belah pihak", kata satu sumber.
Sumber lain, dari tentara India, mengatakan sedikitnya enam tentara India terluka.
China belum berkomentar secara resmi kala itu.
Tentara China mendekati daerah dekat Garis Kontrol Aktual - perbatasan de facto - di mana telah disepakati bahwa tidak ada pihak yang akan berpatroli, kata sumber tersebut.
Langkah ini "ditentang oleh ... pasukan (India) dengan tegas", kata sumber pertama.
Setelah pertempuran kecil, kedua belah pihak "segera melepaskan diri dari area tersebut", tambah sumber itu.
Seorang komandan India kemudian mengadakan pertemuan dengan mitranya dari China "untuk membahas masalah tersebut sesuai dengan mekanisme terstruktur untuk memulihkan perdamaian dan ketenangan".
Insiden itu terjadi di Sektor Tawang di negara bagian Arunachal Pradesh di India timur laut, yang semuanya diklaim oleh China. Beijing menyebut daerah itu sebagai Tibet Selatan.
Advertisement
Persepsi Area yang Berbeda
Sumber pertama mengatakan bahwa ada "area persepsi yang berbeda, di mana kedua belah pihak berpatroli di area tersebut sampai ke garis klaim mereka. Ini telah menjadi tren sejak tahun 2006."
Laporan media India mengutip sumber tanpa nama yang mengatakan bahwa insiden tersebut melibatkan sekitar 300 anggota Tentara Pembebasan Rakyat China, dan China menderita lebih banyak korban luka.
Latihan AS-India
Sejak pertempuran tangan kosong yang mematikan pada tahun 2020, kedua belah pihak telah mengirim ribuan pasukan untuk memperkuat perbatasan. Beberapa putaran pembicaraan telah gagal meredakan ketegangan secara substansial.
Sumber militer mengatakan ada "konfrontasi" lain antara pasukan India dan China pada minggu terakhir bulan November di wilayah Demchok di Ladakh, lebih jauh ke utara.
Belum jelas apakah ada korban luka akibat insiden yang pertama kali terjadi sejak September 2020 itu.
Advertisement