Standard Chartered Larang Karyawan Pakai Zoom dan Google Hangouts

Standard Chartered Plc menjadi bank global besar pertama yang melarang karyawan menggunakan layanan video conference Zoom.

oleh Andina Librianty diperbarui 16 Apr 2020, 09:00 WIB
Ilustrasi pertemuan virtual dengan menggunakan aplikasi Zoom. Kredit: Zoom

Liputan6.com, Jakarta - Standard Chartered Plc menjadi bank global besar pertama yang melarang karyawan menggunakan layanan video conference Zoom. Larangan ini diberlakukan karena alasan keamanan siber.

Dilansir dari Reuters, Kamis (16/4/2020), larangan tersebut disampaikan oleh CEO Standard Chartered, Bill Winters, melalui sebuah memo. Kedua platform tersebut digunakan dilarang untuk pertemuan virtual.

Berdasarkan keterangan dari para pakar industri, kedua layanan tersebut tidak menawarkan tingkat enkripsi percakapan seperti kompetitornya Webex dari Cisco, Teams milik Microsoft, atau Blue Jeans Network.

Juru bicara Standard Chartered menolak memberikan komentar terkait isi memo tersebut. Ia mengatakan, keamanan siber merupakan prioritas utama, serta para karyawan dapat menggunakan beberapa alat resmi untuk konferensi video dan suara.

Standard Chartered menambah daftar perusahaan yang menerapkan larangan penggunaan Zoom. Hal ini disebabkan masalah keamanan yang ada pada layanan tersebut. Salah satunya insiden kemunculan tiba-tiba orang asing tanpa busana di dalam percakapan video.

Insiden "Zoombombing" ini menyedot perhatian banyak orang, seiring popularitasnya yang kian menanjak selama pandemi virus Corona. Zoom pada Maret memiliki sekira 200 juta orang, naik dari 10 juta pada akhir tahun lalu.


Zoom Tunjuk Mantan Bos Keamanan Facebook sebagai Penasihat

Ilustrasi Zoom. Kredit: Zoom

Lebih lanjut, Zoom merekrut mantan pimpinan keamanan Facebook, Alex Stamos, sebagai penasihat keamanan. Penunjukan Stamos ini dilakukan di tengah masalah keamanan dan privasi layanan Zoom, seiring popularitasnya yang kian menanjak.

Isu keamanan dan privasi yang terjadi selama beberapa waktu terakhir di Zoom, membuat Stamos pada akhir Maret lalu meminta Zoom untuk lebih transparan dan merilis rencana keamanan 30 hari. Ia menyampaikannya melalui twit.

Hal itu membuat pendiri Zoom sekaligus CEO, Eric Yuan, meminta Stamos untuk menjadi konsultan luar.

"Zoom memiliki beberapa pekerjaan penting yang harus dilakukan di dalam keamanan aplikasi inti, desain kriptografi, dan keamanan infrastruktur. Saya menantikan kerja sama dengan tim engineering Zoom di proyek-proyek itu," tulis Stamos yang saat ini menjadi adjunct professor di Stanford University, melalui unggahan blog Medium pada 8 April 2020.

Stamos melalui akun Twitter, mengungkapkan dia akan menjadi konsultan berbayar untuk Zoom.

(Din/Why)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya