Liputan6.com, Jakarta Ratusan rumah isolasi yang tersebar di berbagai desa di Kabupaten Banyuwangi semakin siap “mengarantina” pemudik selama 14 hari.
Advertisement
“Sudah ada 216 rumah isolasi yang tersedia dengan lebih dari 500 kamar, sekitar 800 bed, tersebar di berbagai desa. Datanya bisa dilihat di website. Jadi pemudik yang ingin memanfaatkannya, bisa langsung lihat website dan telepon masing-masing rumah isolasi yang paling dekat dengan tempat tinggalnya,” ujar Kepala Dinas Kominfo Banyuwangi Budi Santoso, Rabu (15/4).
Setiap pemudik yang datang ke Banyuwangi dari zona merah harus menjalani isolasi selama 14 hari. Bagi warga yang kesulitan isolasi mandiri, karena ramai anggota keluarga atau tak ada kamar yang bisa digunakan, bisa memanfaatkan rumah isolasi berbasis desa yang telah tersedia.
Alamat dan nomor kontak di ratusan rumah isolasi tersebut sudah bisa diakses di website www.corona. banyuwangikab.go.id.
“Semua informasinya lengkap di website. Tinggal klik saja, lalu pilih lokasi rumah singgah mana yang diinginkan. Saya dapat info, sudah mulai banyak yang mengakses, terutama mereka yang akan mudik ke Banyuwangi,” kata Budi.
Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mengucapkan terima kasih kepada pemerintah desa, TNI, Polri, Puskesmas, dan warga yang telah bersama-sama menyiapkan rumah isolasi.
Anas ikut meninjau rumah isolasi di Dusun Parastembok, Desa Jambewangi Kecamatan Sempu. Lokasi rumah singgah yang ditinjau Bupati Anas tersebut berada di kaki Gunung Raung Banyuwangi. Rumah tersebut adalah milik salah satu warga setempat, yang sudah lama tidak ditempati. Di sana terdapat sejumlah warga pemudik yang melakukan isolasi, di antaranya warga yang datang dari Malang dan Surabaya. Mereka sudah menghuni rumah singgah tersebut selama delapan hari.
Turut hadir Wakapolresta Banyuwangi AKBP Kusumo Wahyu Bintoro, Kasdim 0825 Mayor Inf Herawadi Karnawan, dan Kepala Desa Jambewangi Maskur. Mereka berbincang dengan pemudik yang melakukan isolasi.
Selama menempati rumah singgah, para pemudik mengakui kebutuhan makanan mereka dicukupi oleh pemerintah desa. Secara gotong royong, warga juga memberi sembako dan memberi makanan.
“Alhamdulillah di tengah wabah corona ini, warga desa terus gotong royong membantu warga lainnya. Salut untuk seluruh kades dan warga desa. Mereka menyiapkan makan dan kebutuhan harian penghuni rumah isolasi. Semua guyub, bahu-membahu,” kata Anas.
Selain dijamin kebutuhan sehari-harinya oleh warga desa, penghuni rumah singgah juga akan dipantau secara khusus oleh petugas kesehatan puskesmas setempat.
“Kami terus pantau kesehatannya,” kata Hadi Kusairi, Kepala Puskesmas Sempu.
Hadi menambahkan, di wilayah kerjanya terdapat empat rumah singgah yang disediakan oleh warga. Warga desa telah bersepakat membuat aturan bahwa siapa pun pendatang dari daerah lain wajib melakukan isolasi mandiri. Baik di rumah keluarga yang dituju, maupun di rumah singgah.
“Rencananya, dalam waktu dekat ada warga pekerja migran di Malaysia yang akan pulang kemari. Kepada mereka, nanti akan kami terapkan karantina di rumah isolasi. Kita cek kondisi kesehatannya,” kata Hadi.
Bupati Anas kembali menambahkan, meski disediakan rumah isolasi di desa, dirinya tetap mengimbau ke seluruh warga Banyuwangi di rantau untuk tidak mudik dulu selama wabah corona ini.
“Kalau anda cinta keluarga yang ada di kampung, untuk sementara jangan mudik dulu. Tahan kangennya. Nanti kalau wabah sudah mereda, silakan kunjungi Banyuwangi kembali. Itu adalah salah satu cara ampuh untuk memutus penyebaran covid-19 ini,” pungkas Anas.