Sebut Keblinger, Umuh Muchtar Bersyukur Ratu Tisha Mundur

Umuh Muchtar menyambut positif pengunduran diri Ratu Tisha. Menurut dia, langkah yang diambil wanita berusia 34 tahun itu benar.

oleh Muhammad Adi Yaksa diperbarui 16 Apr 2020, 12:58 WIB
Manajer Persib Bandung Umuh Muchtar. (Liputan6.com/Huyogo Simbolon)
Mantan manajer Persib Bandung Umuh Muchtar. (Liputan6.com/Huyogo Simbolon)

Jakarta Umuh Muchtar mengaku pengunduran diri Ratu Tisha Destria dari jabatan Sekretaris Jenderal (Sekjen) PSSI adalah hal yang pantas. Komisaris PT Persib Bandung Bermartabat (PBB), perusahaan pengelola Persib Bandung itu, menganggap Tisha sosok yang berkompeten, tapi kerap keliru dalam mengambil keputusan.

"Oke, Ratu Tisha jago dan pintar. Tapi, dia keblinger juga. Sudah, sebut saja Umuh bersyukur dia mundur. Alhamdulillah," kata Umuh.

Umuh juga mendukung keputusan Ratu Tisha untuk mundur dari PSSI. Menurut dia, langkah yang diambil wanita berusia 34 tahun itu benar.

"Menurut saya, ini jalan terbaik buat Ratu Tisha. Nanti kalau dia bertahan, dia dihantui masalah-masalah sebelumnya. Malah nanti menambah masalah lagi buat dia," ujar mantan manajer Persib itu.

Masalah yang dimaksud Umuh adalah ketika Ratu Tisha berkali-kali dipanggil Satgas Antimafia Bola pada tahun lalu. Ketika itu, dia diperiksa terkait kasus dugaan pengaturan skor.

"Dulu kan dia pernah diperiksa oleh Satgas Antimafia Bola. Itu kan ngeri-ngeri. Kalau melihat begitu, kerjanya bisa tidak maksimal," imbuh Umuh.


Menghindari Citra Jelek PSSI

Sekjen PSSI, Ratu Tisha saat mengikuti Kongres PSSI 2018 yang berlangsung di ICE BSD, Tangerang (13/1/2018). Salah satu agenda Kongres PSSI 2018 adalah revisi Statuta. (Bola.com/Nicklas Hanoatubun)

Selain itu, pengunduran diri Ratu Tisha dinilai Umuh menguntungkan PSSI. Dia menganggap pamor alumnus FIFA Masters tersebut telah tercoreng akibat skandal dugaan pengaturan skor yang pernah ditangani Satgas Antimafia Bola.

"PSSI akan jelek kalau ada orang yang seperti itu. Jadi harus hati-hati. Dia kan tidak bisa mengambil keputusan. Hatinya dia pasti menangis karena dia masih berharap menjadi sekjen. Dia hidup di sepak bola," tutur Umuh.

"Kalau sepak bola sudah dipakai untuk mata pencaharian, sebenarnya boleh. Tapi, sesuaikan dengan kinerja. Jangan semuanya disabet, berbahaya," ucapnya mengakhiri.

 

Disadur dari: Bola.com (penulis, Muhammad Adiyaksa/editor Benediktus Gerendo Pradigdo, published 16/4/2020)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya