Liputan6.com, Jakarta - Kegiatan diskusi online yang diselenggarakan oleh Dewan Teknologi, Informasi, dan Komunikasi Nasional (Wantiknas) melalui video conference Zoom disusupi pihak asing (zoombombing).
Sekadar informasi, diskusi online ini menghadirkan narasumber dari pihak Wantiknas, pengamat media sosial Ismail Fahmi, hingga narasumber dari pihak Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo).
Baca Juga
Advertisement
Parahnya, di tengah diskusi yang berjalan di platform Zoom, peserta tak dikenal membagikan video porno di layar. Tidak hanya satu, si peserta gelap membagikan dua video porno.
Pelaku juga mengambil alih screen, sehingga seluruh peserta bisa melihat ke video tersebut di layar mereka. Total, sekitar 100 peserta yang mengikuti kegiatan seminar online.
Hal ini mengagetkan para peserta seminar online yang sedang memperhatikan materi.
Tidak lama setelah kejadian zoombombing ini, seminar online pun dihentikan. Sementara, tayangan langsung (livestreaming) lewat YouTube juga dihentikan.
"Mohon maaf atas gangguan teknis yang terjadi. Saat ini kami panitia sedang memperbaiki dan terus memantau peserta yang join diskusi TIK-Talk agar tidak ada bombing. Sekali lagi mohon maaf," kata pihak panitia.
Zoombombing
Sekedar informasi, Zoombombing adalah serangan berupa gangguan dari pihak luar yang membajak video conference dengan mengirim gambar porno atau ujaran kebencian. Tujuannya adalah untuk mengganggu berjalannya video conference.
Menanggapi hal ini, Pakar Keamanan Siber Alfons Tanujaya mengatakan, Zoombombing kemungkinan terjadi bukan karena peretasan, melainkan ada kelalaian dari tuan rumah atau pihak admin video conference Zoom terkait.
Alfons menegaskan, sebenarnya, dalam hal keamanan siber, kenyamanan dengan keamanan berbanding terbalik.
"Jika ingin aman, memang agak ribet. Banyak yang harus diatur, misalnya dalam Zoom ini, admin harus mengaktifkan waiting room untuk melihat siapa saja yang ingin masuk ke video conference dan mengizinkannya," kata Alfons.
Dalam kasus video conference dengan orang banyak, menurut Alfons, admin perlu mengatur, agar partisipan tidak bisa membagikan layar mereka, sehingga tidak bisa membagi gambar-gambar atau video yang tidak pantas.
Selain itu, saat menjalankan video conference, admin Zoom perlu mempertimbangkan untuk membagikan meeting room dan password hanya pada pihak yang ingin diikutsertakan, tidak terbuka secara umum.
Advertisement
Apa sih Motif Orang Lakukan Zoombombing?
Alfons lebih lanjut mengatakan, Zoombombing sendiri bisa dilakukan dengan motif atau tujuan mengganggu (throlling) atau melecehkan pihak tertentu. Salah satunya yang terjadi pada diskusi online Wantiknas, di mana pelaku membagikan video tidak sopan.
Tidak hanya itu, Zoombombing juga bisa dilakukan oleh pihak yang ingin menyebar informasi tertentu. Misalnya rasisme atau ideologi tertentu.
Bisa juga, pelaku zoombombing berupaya menyebarkan tautan phishing di fitur chat Zoom yang bertujuan mendapatkan informasi kredensial dari para pengguna lain. Namun, hal ini hanya bisa terjadi jika si peserta lain mengeklik tautan tersebut.
"Kalau diberikan tautan tertentu, bisa membuka informasi kredensial. Tapi meski diklik dahulu oleh peserta lain," kata Alfons.
(Tin/Why)