Kualitas Tidur Saat Puasa Ramadan Pengaruhi Kondisi Tubuh dan Nafsu Makan

Salah satu yang harus diperhatikan selama menjalankan puasa Ramadan adalah kualitas tidur.

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 16 Apr 2020, 17:45 WIB
ilustrasi jam tidur. (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta Salah satu yang harus diperhatikan selama menjalankan puasa Ramadan adalah kualitas tidur. Ini karena kualitas tidur berpengaruh pada kondisi tubuh seperti menjadi lemas atau lelah serta keinginan makan seseorang.

Beberapa waktu lalu, praktisi kesehatan tidur, dr Andreas Prasadja pernah mencuitkan mengenai kaitan kualitas tidur dengan keinginan makan.

"Otak yang kurang tidur itu akan jadi rakus dan mencari zat yang rasanya asin, manis, dan gurih," cuitnya kala itu.

Apabila ingin berat badan tetap stabil selama puasa, Anda harus menjaga kualitas tidur agar tidak rakus saat berbuka.

Ketika dihubungi Health Liputan6.com, dokter yang berpraktik di Snoring & Sleep Disorder Clinic Pondok Indah, Jakarta ini mengatakan ketika seseorang kurang tidur, metabolisme tubuh terganggu.

Jelas, ini berpengaruh pada kadar gula darah, tekanan darah, hingga kolesterol. Apalagi pada mereka yang memiliki masalah-masalah tertentu seperti diabetes atau hipertensi. Bulan puasa bisa menjadi momen yang menyulitkan untuk mereka.

"Sebenarnya gula, tekanan darah, dan kolesterol, lebih mudah untuk dikontrol jika tidur diperhatikan," ujar Andreas menjelaskan.

Sehingga, tidak hanya asupan makanan dan olahraga yang harus diperhatikan di bulan Ramadan. Kualitas tidur haruslah dijaga.

 


Atur Waktu Istirahat

Di kala puasa Ramadan, satu kegiatan yang mempengaruhi tidur adalah sahur. Andreas menyarankan Anda juga harus bisa mengatur waktu untuk beristirahat.

"Perubahan drastis jadwal tidur karena harus sahur, tentu akan membuat tubuh perlu waktu untuk menyesuaikan dengan jadwal yang baru," ujar Andreas dalam akun Twitternya.

Oleh karena itu dia merekomendasikan untuk tidak memajukan jam tidur secara drastis.

"Katakanlah kalau misalnya biasa tidur jam 12, bisa dimajukan perlahan-lahan," kata Andreas.

Dia merekomendasikan untuk memulainya dengan 30 menit lebih awal terlebih dahulu. Selain itu, apabila mengantuk saat perjalanan baik sebelum atau pulang berkegiatan, pilihlah transportasi umum dan hindari mengendarai kendaraan sendiri.

"Coba lihat di minggu-minggu pertama puasa. Risiko kecelakaan kemungkinan akan meningkat. Mengendarai dalam kondisi mengantuk lebih berbahaya dibanding mabuk," ujarnya.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya