Liputan6.com, Jakarta - Agus Harimurti Yudhoyono atau AHY kini menjadi Ketua Umum Partai Demokrat. Baru-baru ini, ia mengumumkan struktur kepengurusan DPP Partai Demokrat untuk periode 2020-2025.
Dalam struktur kepengurusan Partai Demokrat yang baru, AHY rupanya banyak menggandeng sosok-sosok muda untuk berada di garis depan atau frontliner.
Advertisement
"Sesuai amanat Kongres Partai Demokrat V tahun 2020, maka melalui video ini saya mengumumkan secara resmi struktur kepengurusan Partai Demokrat periode 2020-2025," ujar AHY yang mengumumkan melalui tayangan video dari akun Instagramnya, agusyudhoyono, Rabu malam, 15 April 2020.
Sekretaris Jenderal yang dulu diduduki Hinca Pandjaitan pun kini diganti sosok muda Teuku Riefky Harsya.
Tak hanya itu, nama Syarief Hasan menghilang dari jajaran Wakil Ketua Umum digantikan beberapa nama lain yang lebih muda, seperti Andi Arief.
Berikut 3 hal terkait struktur kepengurusan baru Partai Demokrat yang kini digawangi AHY dihimpun Liputan6.com:
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Putri Wapres Jadi Wasekjen
Putri Wakil Presiden (Wapres) Ma'ruf Amin, Siti Nur Azizah didapuk sebagai Wakil Sekretaris Jenderal Partai Demokrat.
Namanya diumumkan oleh Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono di antara sepuluh wasekjen yang akan membantu Sekjen Teuku Riefky Harsya.
"Total ada sepuluh posisi Wasekjen," kata AHY saat mengumumkan, Rabu, 15 Agustus 2020.
Siti Nur Azizah pun menjelaskan alasannya bergabung ke dalam partai berlambang Mercy itu.
"Masuknya saya di jajaran pengurus pusat partai Demokrat adalah salah satu bentuk keseriusan untuk terjun ke dunia politik," ujar Siti, Kamis (16/4/2020).
Dia bercerita, sejak mundur sebagai aparatur sipil negara pada 2019, banyak partai yang menawarkan bergabung. Siti mengaku banyak pertimbangan sebelum akhirnya memutuskan bergabung ke partai.
Pilihan Siti jatuh kepada Partai Demokrat. Sebab, tertarik dengan hasil Kongres V Partai Demokrat. Di mana AHY, seorang anak muda, terpilih untuk memimpin Partai Demokrat.
"Di situ mata saya mulai terbuka. Kita harus memberi dukungan, kita harus memperkuatnya," kata Siti.
Siti Nur Azizah yakin dapat memperkuat posisi Demokrat di tingkat lokal maupun nasional. Dia yakin dengan maju dalam Pilkada Tangerang Selatan akan memperkuat posisi Demokrat di tingkat lokal.
"Partai Demokrat itu punya potensi yang besar, dengan sedikit sentuhan insya Allah partai ini akan kembali bangkit," kata dia.
Siti menilai, Demokrat merupakan partai yang mendukung kaum muda untuk maju dalam gelanggang politik. Karena itu, dia memilih Demokrat untuk terjun ke dunia politik.
"Partai Demokrat itu partai parlemen dengan ketua umum termuda se-Indonesia, karena itu kita wajib mendukungnya. Ini gagasan penting untuk regenerasi politik di Indonesia. Generasi lama dan generasi muda itu harus sambung-sinambung, saling mendukung. Saya meyakini muda sesungguhnya memiliki kekuatan. Dia harus diberi peran signifikan. Demokrat telah mulai mengambil langkah nyata dalam hal ini," kata dia.
Selain itu, Demokrat dianggap cocok dengan latar belakang Siti sebagai putri ulama. Demokrat merupakan partai berideologi nasionalis-religis. Hal itu baginya akan memudahkan terjun ke masyarakat lintas agama, suku, bangsa dan golongan.
"Ibarat wadah, maka Demokrat itu wadahnya luas, sehingga bisa menampung berbagai aspirasi dan kepentingan dari masyarakat Indonesia yang majemuk tanpa kepura-puraan. Itulah kenapa partai ini pernah menjadi juara di Indonesia, karena dia benar-benar bisa berada di tengah dan bisa membawa semangat kebersamaan bagi bangsa Indonesia," kata dia.
Siti mengaku mantap memilih Demokrat atas pilihan sendiri. Tak ada tekanan dari pihak manapun. Dia pun yakin ayahnya Wapres Ma'ruf Amin akan menghormati keputusan tersebut.
"Demokrat itu pilihan politik rasional saya, sehingga saya memutuskannya secara mandiri. Tanpa tekanan dari pihak manapun. Insyaallah sepanjang itu diniatkan untuk kebaikan Abah sebagai orangtua tentunya akan menghormati keputusan tersebut," kata Siti.
Advertisement
Politikus Senior Demokrat Angkat Bicara
Politikus Demokrat Rachland Nashidik, mengungkap alasan tak menjadi pengurus inti Partai Demokrat periode 2020-2025. Rachland mengaku sudah lelah selama 10 tahun di barisan depan Partai Demokrat.
"Saya capek 10 tahun di frontline. Demokrat diserang 365 hari dalam setiap tahunnya," kata Rachland.
Rachland mengatakan, sudah waktunya peran dia diganti oleh kader yang lebih muda. "Waktunya bagi kader lebih muda mengganti peran saya. Mereka jauh lebih bagus-bagus," kata dia.
Sambil berkelakar, Rachland mengatakan ingin melamar sebagai Staf Khusus Milenial. Itu merupakan Staf Khusus Presiden Joko Widodo berisi sekelompok anak muda.
"Saya mau melamar jadi stafsus milenial saja," Rachland.
Tak hanya Rachland, kader Partai Demokrat yang lain, Ferdinand Hutahaean juga menjawab cibiran warganet soal tak adanya nama dirinya dalam susunan pengurus Partai Demokrat.
Menurut Ferdinand, dirinya memang tidak dilibatkan dalam kepengurusan Badan Pengurus Harian atau BPH Partai Demokrat. Ia justru dilibatkan dalam kepengurusan Pleno Partai Demokrat.
"Saya itu masuk itu masuk ke pengurus Pleno untuk membawahi sektor energi dan sumber daya mineral. Kembali ke habitat saya yang lama, sebelum politik saya kan di bidang energi dulu," papar Ferdinand kepada Liputan6.com, Kamis (16/4/2020).
Menurutnya, ia diminta oleh Ketua Umum Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono untuk menjadi Ketua Biro Energi dan Sumber Daya Mineral.
"Jadi kita itu ada dua struktur, struktur BPH itu yang 100 orang. Ada satu lagi namanya struktur Badan Pleno. Nah Badan Pleno saya masuk di ke Badan Pleno-nya di Ketua Biro Energi dan Sumber Daya Mineral," jelasnya.
Ferdinand menjelaskan, perbedaan struktur tersebut terletak pada tingkatannya. Ia menuturkan, tongkat Badan Pleno berada di bawah BPH.
"Jadi yang masuk ke pengurus harian itu sampai ke tingkat departemen ya dan badan. 11 departemen dan enam badan itu yang menjadi pengurus harian," kata Ferdinand Hutahaean.
Demokrat Sedang Panen Raya
Sementara itu, menurut Direktur Eksekutif Parameter Indonesia Adi Prayitno, saat ini Demokrat ingin melakukan regenerasi di dalam partainya.
"Kayaknya AHY ini ingin memulai sesuatu yang baru di Demokrat dengan menampilkan wajah-wajah baru kader-kader Demokrat," kata Adi.
Meskipun demikian, kata dia, kader-kader muda yang dipilih AHY untuk mengisi jabatan strategis di DPP bukanlah sosok yang benar-benar baru di Demokrat. Mereka merupakan orang-orang yang selama ini ‘dibesarkan’ partai Mercy itu.
Nama-nama seperti Teuku Riefky Harsya (Sekretaris Jenderal), Andi Arief (Ketua Badan Pemenangan Pemilu) hingga Jansen Sitindaon (Wasekjen) sesungguhnya merupakan anak-anak muda yang merupakan ‘orang lama’ di Demokrat.
"Kalau diiris secara rata-rata ini adalah salah satu bentuk ikhtiar politik Demokrat sebenarnya dengan memunculkan sosok-sosok muda di Demokrat untuk berada di level puncak kepengurusan. Misalnya di posisi Waketum itu hanya Benny K Harman yang senior. Selebihnya anak muda," ujar dia.
Adi, dengan menggunakan analogi pertanian, mengatakan bahwa munculnya nama-nama kader muda di kepengurusan partai merupakan tanda bahwa Demokrat sedang melakukan ‘panen raya’ kader di bawah kepemimpinan Putra Sulung SBY.
"Saat ini Demokrat sedang panen raya kader-kader mudanya. Karena sebenarnya Andi Arief ini lama sekali di Demokrat. Jansen Sitindaon ini juga lama. Teuku Riefky Harsya itu sejak 2009 dia sudah jadi pimpinan Komisi VII. Orang-orang lama di Demokrat yang sekarang tumbuh besar menjadi generasi baru," ungkapnya.
"Kalau mau disebut, ini adalah generasi kedua Partai Demokrat yang sedang memimpin. Kalau generasi pertamanya Pak SBY, sekarang generasinya AHY. Jadi wajar kalau posisi kepengurusan sekarang adalah generasi kedua yang didominasi oleh anak-anak muda," terang dia.
Tentu ada banyak harapan juga pertanyaan terkait kiprah pengurus muda lima tahun ke depan. Setidaknya terkait keberhasilan meraup dukungan masyarakat untuk Demokrat. Mungkinkah Demokrat bisa tampil baik tanpa kehadiran sosok senior. Jika Pilpres 2024 masih terlampau jauh, bagaimana dengan pilkada serentak 2020.
"Posisi Andi Arief ditunjuk sebagai Ketua Bapilu bukan tanpa alasan. Andi Arief dinilai selama ini memiliki visi politik yang bisa menerjemahkan keinginan Demokrat, terutama SBY. Kenapa Andi Arief diposisikan di situ karena Andi ini salah satu orang yang bisa menerjemahkan secara langsung visi dan kemauan politik Demokrat. Ini kan soal regenerasi saja," jelas Adi.
Advertisement