Liputan6.com, New York - Hampir dua pertiga orang Amerika mengatakan Presiden Donald Trump terlalu lamban dalam mengambil langkah besar untuk mengatasi ancaman Virus Corona COVID-19.
Laporan itu didapatkan dalam sebuah jajak pendapat yang diterbitkan pada Kamis, 16 April 2020.
Dikutip dari laman Channel News Asia, Jumat (17/4/2020), menurut Pusat Penelitian Pew, 65 persen mengatakan Trump lambat dalam menanggapi ketika kasus Corona COVID-19 pertama kali dilaporkan di negara lain.
Baca Juga
Advertisement
Dia awalnya mengecilkan virus dan yang telah melumpuhkan ekonomi terbesar di dunia.
Survei Pew dilakukan dari 7 hingga 12 April di antara sampel 4.917 orang dewasa di Amerika Serikat.
Ditemukan bahwa 52 persen mengatakan komentar publik Trump tentang wabah Corona COVID-19 membuat situasi tampak lebih baik daripada yang sebenarnya.
Tiga puluh sembilan persen mengatakan dia mempresentasikan situasi seperti apa adanya, sementara delapan persen mengatakan dia membuat situasi tampak lebih buruk daripada kenyataannya.
Trump telah berbicara panjang lebar selama konferensi pers harian bersama para pakar medis.
Pada Kamis lalu dia merekomendasikan pembukaan kembali ekonomi secara bertahap, setelah mengatakan "data menunjukkan bahwa secara nasional AS telah melewati puncak penyebaran virus."
Deklarasi itu datang pada penelitian yang sama dilakukan oleh Universitas Johns Hopkins. Data menunjukkan 2.569 kematian AS selama periode 24 jam sebelumnya, korban harian terberat di negara mana pun.
Survei Pew menemukan bahwa 73 persen orang dewasa AS mengatakan hal buruk masih akan datang melanda Amerika Serikat.
Gubernur negara bagian di penjuru AS juga bekerja pada rencana untuk meringankan pembatasan ekonomi akibat Virus Corona baru.
Simak video pilihan berikut:
Donald Trump Dikritik Lantaran Stop Bantuan ke WHO
Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menyetop anggaran kontribusi terhadap World Health Organization (WHO). Alasannya adalah WHO dianggap melakukan kesalahan dalam mengantisipasi Virus Corona (COVID-19).
Selain itu, Presiden Trump berkata WHO menutup-nutupi terkait virus ini.
"Hari ini saya menginstruksikan pemerintahan saya untuk menahan pendanaan WHO selagi meninjau peran WHO dalam buruknya mismanajemen dan menutupi penyebaran Virus Corona COVID-19. Semua orang tahu apa yang terjadi di sana," ujar Donald Trump pada konferensi pers di Gedung Putih.
Presiden Trump sempat menyebut WHO lebih China-sentris, sehingga merugikan dunia, dan notabene AS yang merupakan kontributor terbesar. Ia berkata anggaran ke WHO dari pajak AS tiap tahun bisa sebesar US$ 400 juta hingga US$ 500 juta (Rp 6,2 triliun - Rp 7,8 triliun).
Sementara, sumbangan China tak sampai US$ 40 juta (Rp 625 miliar).
Jika melihat data dari situs resmi WHO, kontribusi keuangan China ke WHO memang tinggi, yakni US$ 37,8 juta untuk periode 2018-2019. Nominal itu lebih besar dari gabungan kontribusi Inggris, Australia, dan India kepada WHO pada periode
Kontribusi China masih kalah dari Amerika Serikat yang mencapai US$ 118,4 juta. Namun, kontribusi tersebut adalah assessed contribution yang bersifat wajib dan belum termasuk sumbangan sukarela ke WHO.
China memang kerap memakai pernyataan WHO ketika melobi negara lain supaya tidak melarang perjalanan dari China akibat Virus Corona. Presiden Trump mengaku sempat mengeluh mendapat tekanan dari China agar tak melarang penerbangan, namun ia memilih tetap melakukannya.
(US$ 1 = Rp 15.369)
Advertisement