Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat (USD) menguat tajam pada pembukaan perdagangan pagi ini, Jumat (17/4). Dikutip dari Bloomberg, mata uang garuda meroket hingga 202 poin menjadi Rp15.437 per USD.
Direktur PT TRFX Garuda Berjangka, Ibrahim Assuaibi mengatakan, faktor eksternal menjadi pemicu utama perkasanya nilai tukar Rupiah, setelah Amerika Serikat (AS) berhasil melakukan uji coba obat untuk pasien covid-19 di rumah sakit kota Chicago.
Advertisement
"Ini merupakan harapan baru bagi perbaikan ekonomi AS dan dunia. Sehingga direspon positif oleh pelaku pasar keuangan," tegas Ibrahim saat dihubungi Merdeka.com, Jumat(17/4).
Menurut Ibrahim, obat yang di namai Remdesivir diproduksi oleh Gilead Sciences dilaporkan berfungsi dengan baik saat diberikan kepada seluruh pasien covid-19 yang berjumlah 125 orang, menunjukkan hasil positif seperti proses pemulihan yang cepat dari keluhan demam dan gangguan pernapasan. Walhasil ini merupakan optimistisme baru bagi perbaikan ekonomi global sehingga membuat nilai tukar rupiah menguat tajam.
Faktor eksternal lain penguat mata uang garuda ialah China yang akan memaparkan laporan ekonominya pada siang ini (17/4). Di mana banyak ekonom setempat yang memprediksi pertumbuhan ekonomi negeri tirai bambu berkisar di angka 2 persen hingga 6,5 persen di tahun 2020.
Disambut Positif
Hal ini tentu disambut positif oleh pelaku pasar spot dunia, sebab ditengah lesuhnya ekonomi global akibat wabah corona. China sebagai salah satu raksasa ekonomi dunia masih mencatatkan pertumbuhan ekonomi yang terbilang cukup baik disaat Amerika dan Eropa terancam mengalami resesi ekonomi.
Apalagi, kondisi fundamental ekonomi Indonesia terbilang membanggakan di tengah ancaman virus asal kota Wuhan. Dimana geliat ekonomi masih terjadi disejumlah daerah, ini dibuktikan oleh neraca perdagangan bulan Maret 2020 yang dilaporkan surplus.
"Berkaca pada kondisi tersebut, memang layak jika rupiah ikut terpengaruh dan kembali menguat atas dollar AS," pungkas Ibrahim yang juga analis logam mulia emas.
Reporter: Sulaeman
Sumber: Merdeka.com
Advertisement