Liputan6.com, Jakarta - Asia Times, media yang berbasis di Hong Kong, baru-baru ini menerbitkan artikel yang berjudul 'Bali's mysterious immunity to Covid-19'. Dalam tulisan itu diutarakan, di Bali terdapat kekebalan misterius terhadap virus Corona (Covid-19).
Tulisan itu menyoroti jumlah pasien positif virus Corona (Covid-19) di Bali yang jumlahnya masih sedikit, padahal pulau tersebut menjadi salah satu tujuan wisatawan dari berbagai belahan dunia, termasuk wisatawan asal China yang kunjungannya meningkat pada Januari, di mana saat itu di virus Corona sedang bergeliat di Wuhan.
I Wayan Sudiyasa, Kasie Pencegahan dan Pengendalian Dinas Kesehatan Bali, saat dihubungi Liputan6.com, Jumat (17/4/2020), langsung membantah anggapan tersebut. Menurut dia, belum ada penelitian ilmiah yang mengatakan orang Bali kebal terhadap virus corona (Covid-19).
Baca Juga
Advertisement
Senada dengan Sudiyasa, Call Centre Penanggulangan Covid-19 Bali, saat dihubungi Liputan6.com menegaskan, kabar tersebut belum bisa dibuktikan kebenarannya karena masih bersifat asumsi. Jika yang dilihat adalah jumlah pasien positif virus Corona, di Bali angka positif virus Corona masih terus bertambah.
"Jika dibandingkan dengan jumlah penduduk Bali, pasien positif sudah termasuk banyak dibanding daerah lain, masuk 10 besar di nasional," katanya.
**Ayo berdonasi untuk perlengkapan medis tenaga kesehatan melawan Virus Corona COVID-19 dengan klik tautan ini.
Simak juga video pilihan berikut ini:
Kata Pakar Epidemiologi
Data Call Centre Penanggulangan [Covid-19 Bali]( "") menunjukkan, meskipun landai, jumlah kasus positif virus corona (Covid-19) terus beranjak naik. Per 16 April 2020, jumlah pasien positif 113 orang, 8 orang di antaranya warga negara asing. Jumlah pasien meninggal tercatat 2 orang, keduanya merupakan warga negara asing. Data di situs pendataan.baliprov.go.id sendiri tidak ada informasi soal jumlah orang yang melakukan rapid test.
Sementara itu, Syahrizal Syarif, pakar epidemiologi UI kepada Liputan6.com mengatakan, tidak ada manusia di dunia ini yang kebal terhadap virus corona. Mungkin saja, katanya, kalau digunakan rapid test antigen bisa ketahuan lebih banyak yang positif virus Corona.
"Kalau rapid test, bisa jadi banyak kasus asymtomatic. Tapi saya tak mau berspekulasi tanpa data," katanya.
Advertisement