Aplikasi untuk Hambat Covid-19 Diimbau Tidak Lacak Lokasi Pengguna

Komisi Eropa menekankan aplikas-aplikasi yang digunakan untuk menghambat penyebaran Covid-19 seharusnya tidak mengumpulkan lokasi pengguna.

oleh Andina Librianty diperbarui 19 Apr 2020, 09:00 WIB
Gambar menggunakan mikroskop elektron yang tak bertanggal pada Februari 2020 menunjukkan virus corona SARS-CoV-2 (oranye) muncul dari permukaan sel (hijau) yang dikultur di laboratorium. Sampel virus dan sel diambil dari seorang pasien yang terinfeksi COVID-19. (NIAID-RML via AP)

Liputan6.com, Jakarta - Komisi Eropa menekankan aplikas-aplikasi yang digunakan untuk menghambat penyebaran Covid-19 seharusnya tidak mengumpulkan lokasi pengguna.

Imbauan ini muncul menyusul kehadiran beberapa aplikasi untuk mengatasi Covid-19, termasuk rencana Apple dan Google menciptakan teknologi pelacakan kontak, yang bertujuan memperlambat penyebaran Covid-19

Dilansir Reuters, Sabtu (18/4/2020), rekomendasi eksekutif Uni Eropa ini merupakan bagian dari pendekatan Eropa terkait penggunaaan teknologi untuk memerangi Covid-19.

Langkah ini juga muncul setelah beberapa negara Uni Eropa meluncurkan berbagai aplikasi, sehingga memicu kritik dari para aktivis privasi data.

Hingga saat ini, tercatat 28 negara di seluruh dunia telah merilis aplikasi pelacakan kontak, termasuk 11 di Eropa, dan 11 negara lainnya sedang mengembangkan aplikasi berdasarkan data GPS arau Bluetooth.

Komisi Eropa melalui pernyataan resminya mengatakan, penggunakan aplikasi tersebut harus bersifat sukarela, dan tidak melibatkan semua jenis data yang menunjukkn dengan tepat lokasi orang.

"Data lokasi tidak diperlukan atau direkomendasikan untuk tujuan aplikasi pelacakan kontrak, karena tujuannya bukan untuk mengikuti pergerakan individu," demikian penjelasan daari Komisi Eropa.

Kelompok hak privasi American Civil Liberties Union (ACLU) mengatakan, daripada melacak ke mana seseorang pergi, aplikasi-aplikasi seharusnya menggunakan pertukaran sinyal Bluetooth untuk melacak pertemuan.

Apple dan Google sendiri mengatakan kepada Reuters, keduanya masih mengembangkan kebijakan tentang apakah akan memungkinkan aplikasi pelacakan kontak menggunaakan teknologi baru mereka untuk mengumpulkaan data lokasi.


Rencana Apple dan Google

Gambar ilustrasi Virus Corona COVID-19 ini diperoleh pada 27 Februari 2020 dengan izin dari Centers For Desease Control And Prevention (CDC). (AFP)

Google dan Apple termasuk perusahaan yang menggunakan teknologinya untuk mengatasi penyebaran Covid-19. Kedua perusahaan akan menggunakan Bluetooth untuk membantu pemerintah dan badan-badan kesehatan, tetapi tetap mengutamakan privasi dan keamanan pengguna.

Mengingat Covid-19 dapat ditularkan dari jarak dekat oleh individu terinfeksi, badan-badan kesehatan publik telah mengidentifikasi pelacakan kontak sebagai alat penting untuk membantu menahan penyebarannya.

Sejumlah otoritas kesehatan publik, universitas, dan lembaga nonpemerintah terkemuka di seluruh dunia telah melakukan pekerjaan penting untuk mengembangkan teknologi pelacakan kontak.

"Untuk melanjutkannya, Apple dan Google akan meluncurkan solusi komprehensif yang mencakup Application Programming Interfaces (API), dan teknologi setingkat sistem operasi untuk membantu menghadirkan pelacakan kontak," tulis kedua perusahaan dalam keterangan resmi beberapa waktu lalu.

Mengingat kebutuhan yang mendesak, Apple dan Google berencana "mengimplementasikan solusi ini dalam dua tahap dengan tetap mempertahankan perlindungan kuat terkait privasi pengguna."

 


Dua Langkah Implementasi

Langkah pertama, Apple dan Google pada Mei akan merilis API yang memungkinkan interoperabilitas antara perangkat Android dan iOS menggunakan aplikasi-aplikasi dari otoritas kesehatan publik.

Aplikasi-aplikasi resmi tersebut akan bisa diunduh oleh pengguna melalui toko aplikasi masing-masing.

Kedua, Apple dan Google dalam beberapa bulan mendatang akan bekerja untuk mengaktifkan platform pelacakan kontak berbasis Bluetooth lebih luas dengan membangun fungsi ini ke dalam underlying platform.

"Ini adalah solusi lebih kuat daripada API, dan akan membuat lebih banyak orang berpartisipasi, jika mereka memilih ikut serta, dan memungkinkan interaksi dengan ekosistem lebih luas dari berbagai aplikasi dan otoritas kesehatan pemerintah," tutur kedua perusahaan.

Kedua rakasa teknologi itu menekankan bahwa privasi, transparansi dan persetujuan adalah hal paling penting dalam upaya ini.

"Kami berharap dapat membangun fungsi ini melalui konsultasi dengan berbagai pemangku kepentingan yang tertarik. Kami secara terbuka mempublikasikan informasi tentang pekerjaan kami agar bisa dianalisis oleh yang lain," ujar pihak Apple dan Google.

(Din/Ysl)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya