Pemandangan Solo Kala Malam

Suasana Kota Solo di malam hari, tepatnya di depan Pusat Grosir Solo (PGS), pada Senin (9/7) sangat gelap, sepi dan minim penerangan.

oleh Liputan6 diperbarui 21 Jul 2012, 16:35 WIB
Citizen6, Solo: Solo dimalam hari, tepatnya di depan Pusat Grosir Solo, pada Senin (9/7), terlihat sangat gelap, sepi, dan minim penerangan. Begitu juga di pinggir jalan sekitar Alun - alun, suasana juga terlihat sepi hanya dengan penerangan yang seadanya. Beberapa pedagang seperti penjual jajanan, ronde, kerak telor, aksesoris, dan lain - lain banyak berjualan di trotoar. Banyak kendaraan lewat melewati alun - alun tersebut, namun jarang yang berhenti untuk menikmati suasana di tempat itu. Karena sangat tidak wajar rasanya bila menikmati suasana yang gelap gullita.

Menurut salah satu pedagang jajanan yang ada di tempat itu, alun - alun hanya ramai apabila ada skaten saja. Skaten adalah tradisi yang diadakan untuk memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW. Puncak acaranya adalah ketika diadakan grebeg. Dimana para abdi dalem akan membawa tumpeng, dan masyarakat nantinya diperbolehkan untuk mengambil atau ” ngrayah " dengan harapan memperoleh berkah.

Berpindah sedikit dari alun - alun, tepatnya disebelah utara dapat ditemukan kawasan yang ramai pengunjung. Terlihat  banyak outlet - outlet yang berjejeran rapi dengan meja makan berada di tengah. Selain itu ada beberapa tempat lesehan yang menyediakan fasilitas karoke. Berbeda dengan Alun - alun, di kawasan ini jauh lebih terang dan ramai. Terlihat pengunjung mulai dari anak - anak hingga orang tua, dan ada juga beberapa turis asing yang sedang berjalan kaki melintasi kawasan ini. Di sela - sela kesibukan mengenali bentaglahan Jawa Tengah, mahasiswa Geografi diberi kesempatan untuk menikmati sekaligus mengamati kehidupan malam di kota Solo.

Kawasan ini merupakan kawasan dengan outlet binaan Department Perdagangan Republik Indonesia, tepatnya berada di depan Pusat Grosir Solo, dan sudah ada sekitar tiga tahunan sejak masa jabatan Jokowi. Menurut salah satu pedagang di sana asal usul kawasan ini tak lepas dari jasa Jokowi, yang mengusulkan mengenai fungsi kawasan tersebut agar menjadi tempat seperti sekarang ini. Dulu ada sekitar 100 orang berdagang di kawasan ini, namun karena tak kuat modal
akhirnya keluar sendiri - sendiri, dan sekarang tinggal 40 orang. Pemilik usaha adalah orang asli Solo, namun pekerjanya kebanyakan dari luar Solo.

Setiap pedagang yang ingin berdagang di kawasan tersebut harus membayar fee sebesar Rp. 15.000,00 per hari ke pengelola kawasan. Itu sudah termasuk grobak yang telah disediakan oleh pengelola bukan milik pedagang. Apabila hari sudah siang, grobak disimpan kembali oleh pengelola. Di siang hari kawasan ini merupakan tempat untuk pedagang kaki lima yang tidak menyewa, dan fungsinya kembali seperti jalan umum biasa. (Pengirim: Adam A Wiwaha Wiwaha).

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya