Liputan6.com, Jakarta Spesialis penyakit dalam konsultas gastroenterologi hepatologi Hendra Nurjadin mengaku jarang menangani pasien dengan keluhan sakit mag saat puasa.
Advertisement
Menurutnya, jadwal makan yang berubah saat Ramadan ikut memengaruhi kesehatan sehingga orang jarang mengalami sakit mag.
"Selama puasa kan orang enggak makan setelah subuh sampai magrib baru makan (berbuka puasa). Sehabis salat tarawih, orang juga makan lagi. Paling tidur sebentar. Terus bangun dan sahur," jelas Hendra saat ditemui di Jakarta, ditulis Kamis (11/4/2019).
Jadwal makan selama puasa ini membuat seseorang tetap terkontrol untuk makan. Orang akan sering makan pada malam hari.
Saluran pencernaan terpenuhi asupan makan sehingga mencegah sakit mag.
"Ada pengaruh juga terkait niat ibadah. Niat beribadah puasa ini membuat orang selama Ramadan jarang sakit mag," lanjutnya.
Keluhan Sakit Mag Muncul Selepas Ramadan
Namun yang menjadi perhatian adalah selepas Ramadan, orang yang sakit mag kembali meningkat. Hal ini juga dipengaruhi pola makan yang kembali tidak teratur.
"Tapi setelah puasa (usai Ramadan), banyak yang sakit mag, Ini karena pola makan yang berantakan. Makan tidak teratur juga. Nah, ini yang orang sering lupa. Harus juga tetap menjaga pola makan," lanjut Hendra, berpraktik di RSPI - Puri Indah.
Pola makan tidak teratur membuat lambung jadi sensitif. Dikutip dari laman KlikDokter, pola makan yang tidak teratur dapat peningkatan asam lambung.
Produksi asam lambung berlebihan menyebabkan terjadinya gesekan pada dinding lambung dan usus halus. Nyeri sebagai pertanda sakit mag akan dirasakan seseorang.
Advertisement