Liputan6.com, Jakarta Pemberontakan Honda sepertinya semakin nyata. Honda Rebel 1100 bisa jadi pembuktian untuk menantang Harley-Davidson Sporster.
Basis CRF1100L Africa Twin-lah yang disebut-sebut akan ditransplantasi. Dugaan ini semakin kuat kala mereka mematenkan sebuah konstruksi teralis tahun lalu, untuk mengangkut mesin 1100 cc. Rangkaiannya pun masuk akal diterjemahkan sebagai cruiser. Karena memiliki persilangan frame dan subframe begitu rendah, plus sudut komstir miring. Membuat teka-teki ini semakin jelas.
Baca Juga
Advertisement
Jika benar, Honda Rebel 1100 dapat mengancam jajaran Harley-Davidson Sportster. Pasalnya tenaga mesin yang menyetarai, bahkan lebih besar. Dapur pacu dua silinder paralel 1.084 cc SOHC dengan mudah memproduksi daya 100 Tk /7.500 rpm, serta torsi 105 Nm/6.000 rpm. Meski pasti, alunan piston tak semerdu konfigurasi V-Twin.
Namun menyoal teknologi tak terkalahkan. Harley dengan komponen-komponen tradisional, boleh jadi terintimidasi berkat pilihan transmisi yang menjadi paket mesin tadi. Adalah gearbox otomatis DCT (Dual Clutch Transmission) 6-speed. Kopling pertama bakal bekerja dengan gigi ganjil, sementara yang kedua memindahkan gigi genap. Otomatis proses perpindahan gear lebih cepat sekaligus halus. Seperti estafet.
Mode Berkendara
Mode berkendara dibagi jadi dua. Tombol D untuk melaju santai, sementara S tentu saja agresif. Proses shifting ditahan sampai putaran tinggi, supaya momentum tenaga terus maksimal. Belum selesai, masih ada switch untuk mengaturnya mandiri. Pengendara dipersilakan memindah-mindakan gear secara manual, layaknya paddle shift pada mobil. Lengkap.
Satu lagi yang jadi paket, ialah transmisi manual konvensional. Pada dasarnya sama-sama enam percepatan, namun berbeda urutan gear (1-N-2-3-4-5-6). Dan tentu masih membutuhkan tuas untuk berpindah gigi. Bagi Anda yang tak suka embel-embel teknologi, pasti manual lebih menyenangkan.
Advertisement
Fitur dan Teknologi
Berikutnya HSTC (Honda Selectable Torque Control). Statusnya yang naik kelas pasti ketambahan fitur juga. Toh di line-up Honda lebih rendah saja punya. Cara mainnya dengan mengontrol debit bahan bakar. ECU bakal membaca sesuai level kontrol traksi yang dipilih. Semakin besar, tentu ban belakang lebih jinak berputar. Sebaliknya, makin kecil tingkatan, puntiran ban pasti lebih beringas. Hal yang tak dipunya jajaran Sportster bukan?
Throttle-by-wire kemungkinan juga eksis. Otomatis memiliki beberapa mode berkendara. Sebutlah tour, urban, sport atau semacamnya. Yang pasti, mode offroad dan gravel rasanya tak mungkin ada. Pun G-Switch untuk menerjang permukaan berkerikil. Tidak nyambung dengan peruntukannya.
Dan penutupnya, Internal Measurement Unit (IMU). Fungsinya mendeteksi berbagai komponen tetap bekerja optimal, meski dalam keadaan miring. Perannya cukup krusial, seperti menjaga sensor ABS membaca dengan baik di tikungan. Tak terkecuali mencegah wheelie, atau rear lift control.
Sumber: Oto.com/(Hlm/Odi)