Harga Minyak AS Anjlok 20 Persen, Masuk Posisi Terendah dalam 2 Dekade

OPEC termasuk Rusia atau yang dikenal sebagai OPEC+ menyetujui pengurangan produksi hampir 10 juta barel per hari di pekan lalu.

oleh Nurmayanti diperbarui 20 Apr 2020, 09:00 WIB
Ilustrasi Harga Minyak. (Liputan6.com/Sangaji)

Liputan6.com, Jakarta Harga minyak mentah Amerika Serikat(AS) turun sekitar 20 persen menjadi di bawah USD 15 per barel pada hari ini. Ini merupakan level terendah dalam sekitar dua dekade.

Anjloknya harga minyak dipicu turunnya permintaan imbas Virus Corona melampaui kesepakatan untuk memangkas produksi.

Melansir laman AFP, Senin (20/4/2020), harga minyak mentah patokan AS West Texas Intermediate, turun 18,7 persen menjadi USD 14,84 per barel.

Sementara harga minyak mentah Brent, patokan internasional, turun 1,5 persen menjadi USD 27,64 per barel.

Sebelumnya, Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) termasuk Rusia atau yang dikenal sebagai OPEC+ menyetujui pengurangan produksi hampir 10 juta barel per hari akhir pekan lalu setelah pakta pasokan minyak sebelumnya runtuh.

 

 


Harga Pekan Lalu

Ilustrasi Harga Minyak

Harga minyak turun pada perdagangan Jumat (Sabtu waktu Jakarta) ketika berita rencana Presiden Donald Trump untuk mengurangi penguncian (lockdown) virus corona di AS untuk membuat ekonomi Amerika bergerak lagi.

Dikutip dari CNBC, Sabtu (18/4/2020), harga minyak mentah AS untuk Juni turun 1,5 persen atau 39 sen, diperdagangkan pada USD 25,14 per barel. Sementara, harga minyak Brent naik 44 sen untuk diperdagangkan pada USD 28,26 per barel.

Kontrak minyak mentah AS yang kurang aktif untuk Mei anjlok USD 1,60 atau 8,1 persen dan menetap di USD 18,27 yang disebabkan oleh berakhirnya kontrak pada 21 April.

"Karena kelebihan pasokan lebih menjadi topik untuk saat ini, kontrak Mei diperdagangkan dengan diskon besar hingga Juni," kata Analis UBS Giovanni Staunovo.

Investor menyematkan harapan mereka pada rencana untuk memudahkan langkah-langkah lockdown setelah Trump mengeluarkan pedoman baru bagi negara-negara AS untuk membuka penutupan akibat virus corona dalam pendekatan tiga tahap.

"Jika lebih banyak ekonomi global memberlakukan rencana untuk membuka kembali dan mengembalikan rasa normalitas, itu dapat membantu harga minyak menemukan landasan yang lebih kuat di bulan Mei, dibantu oleh pemotongan pasokan OPEC+," kata Han Tan, Analis Pasar di FXTM.

Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) termasuk Rusia atau yang dikenal sebagai OPEC+ menyetujui pengurangan produksi hampir 10 juta barel per hari akhir pekan lalu setelah pakta pasokan minyak sebelumnya runtuh.

Harga minyak juga didorong oleh laporan data dari uji coba obat remdesivir dari perusahaan AS Gilead Sciences pada pasien COVID-19 yang parah, meskipun perusahaan memperingatkan bahwa data lengkap perlu dianalisis untuk menarik kesimpulan.

Analis mengatakan sentimen investor tetap berhati-hati, dengan indikator ekonomi semakin buruk karena rantai pasokan global tetap tutup dan penghentian produksi skala besar membuat jutaan orang kehilangan pekerjaan.

Kedua tolak ukur minyak masih menuju kerugian dalam pekan kedua berturut-turut, dengan harga minyak AS pada posisi terendah dalam 18 tahun.

Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya