Staycation Jadi Pilihan Berwisata Generasi X dan Y Jika Pandemi Corona Terus Berlanjut

Generasi X dan Y lebih berani ambil risiko berwisata dibanding generasi X dan baby boomers.

oleh Tira Santia diperbarui 20 Apr 2020, 12:00 WIB
Ilustrasi pesawat (iStock)

Liputan6.com, Jakarta - Adanya pandemi Corona membuat perubahan besar dalam perilaku masyarakat dalam berwisata. Dalam penelitian terbaru yang dilakukan oleh MarkPlus, terdapat tiga skenario perilaku wisatawan yang bisa terjadi terutama setelah fase outbreak atau menyebarnya Corona Covid-19.

Executive Director MarkPlus Tourism Mochamad Nalendra menjelaskan, skenario pertama atau disebut New Normal ketika penambahan kasus baru berkurang karena sistem mitigasi sudah berjalan efektif di banyak negara walau vaksin belum ditemukan.

Hal ini menyebabkan turis masih merasa berisiko berwisata sehingga perjalanan pun sifatnya domestik atau terbatas dalam kota alias staycation.

Seperti yang diperlihatkan perusahaan booking engine Sojern pada Maret 2019 dan 2020. Di mana tahun ini warga Singapura yang mencari referensi hotel untuk staycation jumlahnya dua kali lipat dibanding 2019.

Kekhawatiran akan terjadinya gelombang kedua Covid-19 juga menjadi penyebab, apalagi masih saja ada penambahan kasus baru di Tiongkok.

"Dan yang akan mengambil risiko untuk berwisata di fase ini adalah generasi Y dan Z. Mereka lebih berani ambil risiko dibanding generasi X dan baby boomers," jelas dia dalam keterangan tertulis, Senin (20/4/2020). 

 


Skenario 2

Lampu kamar menyala membentuk lambang hati di Hotel Indonesia Kempinski, Jakarta, Jumat (17/4/2020). Malam. Aksi tersebut sebagai bentuk penghargaan dan pesan cinta terhadap para tenaga medis yang berjuang di garis depan dalam penangnanan COVID-19 di Indonesia. (merdeka.com/Imam Buhori)

Skenario kedua adalah skenario early euphoria. Skenario ini  terjadi ketika jumlah kasus baru relatif tinggi dan di saat bersamaan vaksin Corona Covid-19 ditemukan. Booking hotel sampai paket wisata akan meningkat tajam.

"Tidak ada salahnya pelaku pariwisata preparing atau mempersiapkan skenario ini dari sekarang," jelasnya.

 


Skenario 3

Lampu kamar menyala membentuk lambang hati di Hotel Indonesia Kempinski, Jakarta, Jumat (17/4/2020). Malam. Aksi tersebut sebagai bentuk penghargaan dan pesan cinta terhadap para tenaga medis yang berjuang di garis depan dalam penangnanan COVID-19 di Indonesia. (merdeka.com/Imam Buhori)

Selain itu ada skenario ketiga yakni Post Normal, ketika vaksin ditemukan dan berhasil menekan jumlah kasus baru. Perilaku wisatawan perlahan akan kembali seperti semula. Namun di satu sisi mereka akan semakin aware terhadap dampak negatif yang dihasilkan dalam sebuah perjalanan seperti emisi karbon.

Sehingga fenomena microcation (perjalanan pendek) dan slow tourism (mengunjungi sedikit destinasi namun lebih dalam pengalaman) akan semakin populer.

Selain itu segmen upper dan luxury market dipercaya sebagai segmen yang cepat rebound karena relatif memiliki pendapatan tinggi dibanding segmen lain yang terimbas krisis ekonomi akibat Corona.

"Terutama segmen family dan baby boomers kelas atas akan mulai melakukan perjalanan luar negeri dalam memperhatikan destinasi berkualitas, seiring tingkat keyakinan tinggi bahwa dunia sudah semakin baik. Faktor keselamatan dan keamanan, sistem mitigasi, dan keberlangsungan sebuah destinasi wisata akan menjadi pertimbangan baru dalam berwisata. Inilah quality tourism," tutupnya.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya