Donald Trump Minta Muslim Amerika Serikat Tetap Jaga Jarak Saat Ramadan

Pada Paskah lalu, sejumlah layanan ibadah kristiani ilegal masih ditemukan dan melanggar peraturan jarak sosial yang diterapkan oleh pemerintah Amerika Serikat.

oleh Teddy Tri Setio Berty diperbarui 20 Apr 2020, 15:30 WIB
Donald Trump saat mengumumkan hengkangnya AS dari Kesepakatan Paris di Gedung Putih (1/6/2017) (AP Photo/Andrew Harnik)

Liputan6.com, Washington DC - Presiden Amerika Serikat Donald Trump pada Sabtu 18 April memberikan pernyataan soal tuduhan terhadap umat muslim bakal memperparah pandemi Virus Corona COVID-19, lewat akun Twitternya @realdonaldtrump. Tuduhan itu kini menimbulkan Islamofobia di negeri Paman Sam.

Di Amerika Serikat mulai muncul tuduhan terhadap umat muslim selama pandemi Corona COVID-19. Ada sejumlah pihak yang menuduh jika perayaan Ramadan mendatang akan memperparah penyebaran virus.

Di tengah pandemi Virus Corona COVID-19, Donald Trump mengimbau agar umat muslim di Amerika Serikat dapat tetap berjaga jarak selama bulan suci Ramadan, demikian dikutip dari laman haaretz.com, Senin (20/4/2020).

Trump memberi pernyataan ini setelah ada sejumlah pihak yang menanyakan bagaimana tanggapannya terkait opini pihak konservatif soal peluang muslim AS diperlakukan sama seperti umat kristiani yang melanggar peraturan saat Paskah.

"Mari kita lihat apakah pihak berwenang menegakkan aturan sosial untuk masjid selama Ramadan seperti yang mereka lakukan di gereja selama Paskah," ujar Sperry menulis di platform media sosialnya.

Pada Paskah lalu, sejumlah layanan ibadah kristiani ilegal masih ditemukan dan melanggar peraturan jarak sosial yang diterapkan pemerintah AS.

Jumlah kematian akibat Corona COVID-19 di Amerika Serikat meningkat hampir 2.000 dalam 24 jam terakhir mencapai 40.661 pada hari Minggu 19 April, sebuah penghitungan dari Universitas Johns Hopkins menunjukkan.

Peningkatan kematian, pada 1.997, sedikit di atas 1.891 yang ditunjukkan data Johns Hopkins sehari sebelumnya untuk periode 24 jam sebelumnya hingga Sabtu.

Angka hari Minggu muncul pada hari yang sama, saat Gubernur New York Andrew Cuomo mengatakan epidemi di negara bagian yang paling terdampak "melewati titik tertinggi".

Penghitungan 24 jam di Amerika Serikat telah melampaui 2.500 pada Rabu, menurut data Johns Hopkins.

Simak video pilihan berikut:


Kematian Tertinggi di Dunia

Ilustrasi bendera Amerika Serikat (AFP Photo)

Kematian akibat Corona COVID-19 di Amerika Serikat sejauh ini merupakan yang tertinggi di antara negara mana pun, seperti halnya jumlah kasus yang pada hari Minggu mencapai 759.086, menurut data tersebut.

Lebih dari 22 juta orang Amerika telah mengajukan tunjangan pengangguran dalam sebulan terakhir karena penutupan bisnis dan sekolah dan pembatasan perjalanan yang parah telah memukul ekonomi.

Para gubernur di negara bagian AS yang paling terdampak Virus Corona baru dilaporkan berdebat dengan Presiden Donald Trump atas klaimnya bahwa mereka memiliki cukup alat tes.

Padahal faktanya, AS masih kekurangan alat tes Corona COVID-19. Selain itu, tantangan yang paling besar adalah mengembalikan perekonomian mereka yang berantakan gara-gara virus ini.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya