Dampak Covid-19, Belanja Makanan dan Minuman Online Naik 143 Persen di Indonesia

Peningkatan permintaan yang terjadi pada produk makanan dan minuman (F&B) mencapai 143 persen dari Februari hingga Maret 2020.

oleh Iskandar diperbarui 20 Apr 2020, 14:00 WIB
Belanja Makanan dan Minuman Online. Dok: Sirclo

Liputan6.com, Jakarta - Sejak 10 April 2020, pemerintah telah memberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di Jakarta. PSBB juga akan diterapkan di Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, dan Bandung secara bertahap.

Kebijakan ini membatasi mobilitas masyarakat, sehingga mendorong meroketnya penggunaan dan permintaan jasa transaksi online (belanja online), baik itu belanja melalui marketplace, e-commerce, atau pemesanan makanan melalui aplikasi pengantaran yang tidak meminimalisir interaksi fisik langsung.

Berdasarkan data perusahaan e-commerce enabler Sirclo, peningkatan permintaan yang terjadi pada produk makanan dan minuman (F&B) mencapai 143 persen dari Februari hingga Maret 2020.

Produk-produk seperti minuman kemasan instan, jus kemasan, dan susu, mengalami kenaikan tertinggi. Ini diikuti dengan produk makanan kemasan yang bersifat tahan-lama, seperti biskuit, saus, dan camilan-camilan.

"Sejak adanya pandemi Covid-19, fenomena perpindahan ke transaksi online tidak hanya terjadi di Indonesia, tapi juga di seluruh dunia," kata Chief Executive Officer dan Founder SIRCLO, Brian Marshal, melalui keterangannya, Senin (20/4/2020).

Dengan metode pembayaran cashless, contactless delivery, dan pilihan produk yang lengkap, masyarakat bisa lebih aman dan nyaman melakukan pembelanjaan, tanpa khawatir akan risiko paparan virus jika meninggalkan rumah.

"Sebagian masyarakat yang mungkin belum pernah berjual-beli online sebelumnya, akan mau beradaptasi dan mencoba, karena ini adalah alternatif terbaik di tengah krisis,” ucap Brian menambahkan.


Pertumbuhan Akan Mencapai 261 Persen

Tren eCommerce

Sirclo juga mengungkapkan bahwa lonjakan pembelian produk makanan dan minuman terus berlanjut hingga April. Total pembelian online hingga minggu kedua April sudah mencatatkan 1,5 kali lipat dari Februari.

Selain itu, Sirclo memprediksi bahwa pertumbuhan pembelian F&B online dari Februari ke April akan mencapai 261 persen.

Sama seperti industri ritel dan kegiatan belajar-mengajar yang kini berpindah ke ranah digital, bisnis F&B pun harus menggencarkan strategi pemasaran online mereka.

Langkah ini penting dilakukan tidak hanya agar perusahaan dapat tetap beroperasi selama wabah, tetapi juga untuk kesuksesan jangka panjang di era yang berbasis teknologi.


Cara Migrasi Bisnis Offline ke Online

Ilustrasi e-Commerce, eCommerce, Online Marketplace, Bisnis Online

Saat ini transformasi usaha dari offline ke online menjadi semakin mudah. Ada setidaknya tiga kanal penjualan yang bisa dimanfaatkan untuk produk F&B.

Pertama, mereka bisa memiliki website sendiri dengan template dari Sirclo Store, dimana penjual dan pembeli dapat terhubung secara langsung melalui website.

Kedua, bisnis F&B bisa mulai membuka toko dan berjualan melalui platform marketplace seperti Tokopedia, Blibli, Shopee, Bukalapak.

Ketiga, aplikasi komunikasi seperti WhatsApp Business memudahkan penjual untuk berhubungan langsung dengan end-customer mereka dalam memproses transaksi.

Dengan adanya keempat kanal penjualan ini, setiap orang bisa mulai berjualan online secara praktis, bahkan tanpa perlu kemampuan mendalam di bidang IT.

(Isk/Ysl)

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya