Cek Fakta: Tidak Benar Peneliti Korsel Dokter Kim Woo Joo Temukan Vaksin COVID-19

Peneliti Korsel Dokter Kim Woo Joo diklaim menemukan vaksin COVID-19. Jangan percaya sebelum cek fakta!

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 20 Apr 2020, 20:33 WIB
Beredar kabar peneliti Korea Selatan menemukan vaksin COVID-19 dari remdesivir, benarkah?

Liputan6.com, Jakarta- Beredar kabar peneliti Korea Selatan telah menemukan vaksin virus corona baru (COVID-19). Kabar tersebut terdapat pada artikel berjudul "Selamat Datang Vaksin Covid-19, Terima Kasih Dokter Kim Woo Joo" yang dimuat situs martirnews.com, pada 18 April 2020.

Berikut isinya:

MARTIRNEWS.COM - Di tengah orang-orang di sini sibuk memperdebatkan buih-buih yang tak jelas, bahkan belum ada hasilnya, peneliti di Korea Selatan justru menemukan vaksin COVID-19 yang segera bisa digunakan umat manusia di dunia.

Vaksin Covid-19 yang dibuat Gilead Sciences menemukan titik terang setelah menunjukan hasil positif dalam serangkaian ujicoba.

Adalah Dokter Kim Woo Joo, yang memimpin penelitian itu. Ia optimis vaksin COVID-19 dapat diproduksi dalam waktu yang tak terlalu lama.

“Jika semuanya berjalan dengan baik, saya berharap bahwa efektivitas obat-obatan ini akan dibuktikan secara ilmiah dalam tiga hingga empat bulan,” ujar Profesor Penyakit Menular di Rumah Sakit Guro University Korea tersebut.

Melansir dari South China Morning Post, Sabtu (18/4/2020), belum lama ini Kim bertemu dengan Presiden Masyarakat Korea, Thomas Byrne.

Ia mengatakan bahwa Rumah Sakit Universitas Seoul dan Institute Alergi dan Penyakit Menular Nasional menjadi pemain kunci dalam pembuatan vaksin.

Dokter Anthony Fauci yang memimpin penelitian berkolaborasi untuk menguji redemsivir yang muncul pada pekan ini sebagai opsi pengobatan COVID-19.

Situs berita kesehatan dan medis, STAT melaporkan bahwa salah satu rumah sakit di Chicago menggunakan remdesivir untuk mengobati pasien COVID-19 yang parah.

Mereka melihat adanya pemulihan yang cepat pada gejala demam dan pernapasan.

Kabar baiknya, sebagian besar pasien diizinkan keluar dari rumah sakit dalam kurun waktu satu minggu.

University of Chicago Medicine merekrut 125 orang positif COVID-19 ke dalam uji klinis fase-3 Gilead. Mereka memberi pasien infus remdesivir setiap harinya.

Dari penelitian pasien tersebut, 113 orang memiliki gejala parah. Keberhasilan ujicoba vaksin COVID-19 ini membuat harga saham Gilead melonjak hampir 15 persen dalam perdagangan setelah jam kerja.

Saham mereka akhirnya ditutup dengan kenaikan 9,7 persen lebih tinggi pada Jumat 17 April 2020.

Benarkah peneliti Korea Selatan telah menemukan vaksin COVID-19? Simak penelusuran Cek Fakta Liputan6.com.

 


Penelusuran Fakta

Cek Fakta Liputan6.com menelusuri klaim peneliti Korea Selatan telah menemukan vaksin COVID-19, dengan mengunjungi sumber artikel klaim, yaitu artikel berjudul "Coronavirus: drugs including remdesivir may prove effective before vaccine is available, South Korean expert says" yang dimuat situs scmp.com, pada 18 April 2020.

Jika diterjemahkan, judul artikel tersebut dalam Bahasa Indonesia adalah,'Virus Corona: obat-obatan termasuk remdesivir mungkin terbukti efektif sebelum vaksin tersedia, kata ahli Korsel'. 

Dalam artikel tersebut dijelaskan, ahli virus corona terkemuka Korea Selatan, Dr Kim Woo Joo mengatakan jangka waktu (time frame) pengobatan COVID-19 yang efektif mungkin lebih pendek daripada mengembangkan vaksin.

Ia menyebut remdesivir, buatan Gilead Sciences, sebagai kandidat obat yang bisa diharapkan.

Dr Kim Woo Joo, yang memimpin respons Korea Selatan atas pandemi COVID-19 dan Mers pada 2015 mengaku 'tak terlalu optimistis' soal potensi ketersediaan vaksin COVID-19 dalam 18 bulan ke depan.

Di sisi lain, kata dia, pengujian terhadap efektivitas remdesivir -- antivirus yang dikembangkan untuk mengobati Ebola, AbbVie's Kaletra, anti-HIV -- atau obat lain dapat dilakukan lebih cepat.

"Jika semuanya berjalan dengan baik, saya berharap efektivitas obat-obatan ini akan dibuktikan secara ilmiah dalam tiga hingga empat bulan," kata Kim, dosen penyakit menular di Guro University Hospital dalam wawancara dengan ketua Masyarakat Korea (Society Korea) Thomas Byrne.

Kim menambahkan bahwa Seoul National University Hospital dan US National Institute of Allergy and Infectious Diseases, yang dipimpin Dr Anthony Fauci -- tokoh kunci upaya Pemerintah Amerika Serikat mengendalikan penyebaran virus korona -- berkolaborasi untuk menguji remdesivir sebagai opsi pengobatan pasien COVID-19.

 

Vaksin COVID-19 Belum Ditemukan

Hingga berita ini diturunkan, belum ada satu pun produk vaksin COVID-19 yang dinyatakan lolos uji ilmiah dan uji klinis. Semua masih dalam tahap pengembangan. 

Seperti dikutip dari Public statement for collaboration on COVID-19 vaccine development yang dimuat situs WHO, pada 13 April 2020, Research and Development (R&D) Blueprint telah diaktifkan untuk mempercepat pengembangan diagnostik, vaksin, dan terapi untuk virus pemicu COVID-19.

Di bawah koordinasi WHO, sekelompok ahli dengan beragam latar belakang sedang berupaya mengembangkan vaksin melawan COVID-19.

Sementara, seperti dimuat dari artikel opini berjudul There are reasons to be optimistic about a coronavirus vaccine. But it will take time yang dimuat The Guardian pada 19 April 2020, ada sekitar 80 proyek vaksin sedang dijalankan di seluruh dunia.

Selain harus dipastikan efektif, vaksin juga harus aman. Bahkan ketika vaksin telah terbukti menghasilkan respon imun atau kekebalan tubuh, masih akan ada uji klinis dan uji coba yang harus dilakukan.

Sementara, daftar kandidat vaksin menurut WHO bisa dilihat di sini.

 

 


Kesimpulan

Klaim yang menyebut peneliti Korea Selatan Dokter Kim Woo Joo menemukan vaksin adalah tidak benar. 

Dalam situs South China Morning Post, yang menjadi sumber klaim, tidak disebutkan bahwa peneliti Korea Selatan telah menemukan vaksin COVID-19.

Yang benar, Dr Kim Woo Joo mengatakan jangka waktu (time frame) pengobatan COVID-19 yang efektif mungkin lebih pendek daripada mengembangkan vaksin. Ia menyebut remdesivir, buatan Gilead Sciences sebagai kandidat obat yang bisa diharapkan.

Lagi pula, vaksin dan obat adalah dua hal yang berbeda. 

 

Banner Cek Fakta: Salah (Liputan6.com/Triyasni)

Tentang Cek Fakta Liputan6.com

Liputan6.com merupakan media terverifikasi Jaringan Periksa Fakta Internasional atau International Fact Checking Network (IFCN) bersama puluhan media massa lainnya di seluruh dunia. 

Cek Fakta Liputan6.com juga adalah mitra Facebook untuk memberantas hoaks, fake news, atau disinformasi yang beredar di platform media sosial itu. 

Kami juga bekerjasama dengan 21 media nasional dan lokal dalam cekfakta.com untuk memverifikasi berbagai informasi yang tersebar di masyarakat.

Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan kepada tim CEK FAKTA Liputan6.com di email cekfakta.liputan6@kly.id.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya