Liputan6.com, Istanbul - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengumumkan akan memberlakukan lockdown atau karantina wilayah selama empat hari, terhitung mulai 23 hingga 26 April 2020. Lockdown diputuskan Erdogan untuk membendung penyebaran Virus Corona COVID-19 di Turki.
"Kami berencana menerapkan penguncian di 31 provinsi," ujar Erdogan demikian dikutip dari laman Xinhua.net, Selasa (21/4/2020).
Lockdown akan dimulai pada 23 April tengah malam hingga 26 April tengah malam.
Baca Juga
Advertisement
Pemimpin Turki mencatat bahwa tujuan Turki adalah untuk memudahkan langkah-langkah pada akhir Idul Fitri pada Mei 2020, perayaan umat Muslim menandai akhir bulan suci Ramadan.
"Tujuan kami adalah untuk menerapkan langkah-langkah dengan cara yang paling ketat dan untuk menguranginya ke tingkat normal pada akhir Idul Fitri," katanya.
"Kita akan mulai mengambil beberapa langkah perayaan Idul Fithri."
Lockdown pertama di Turki berlangsung pada akhir pekan. Dimulai pada 11 dan 12 April.
Diikuti minggu kedua pada 18 hingga 19 April. Dua akhir pekan itu bertujuan untuk mencegah orang keluar rumah.
Turki sejauh ini telah mencatat 90.980 kasus Virus Corona dan 2.140 kematian.
Simak video pilihan berikut:
Jumlah Pasien di Turki Lampaui China
Total kasus Virus Corona (COVID-19) di Turki resmi melampaui China. Jumlahnya kini mencapai 90.980 kasus per Senin, 20 April 2020.
Banyaknya kasus positif di Turki dipengaruhi oleh tingginya tes Virus Corona di negara itu. Menteri Kesehatan (Menkes) Turki Dr. Fahretting Koca melaporkan ada 673 ribu tes yang sudah dilakukan.
Secara resmi, kasus Turki sudah melewati kasus di China yang sejumlah 83 ribu kasus. Meski demikian, data China diragukan kejujurannya.
Menkes Koca tiap hari selalu memberikan update Virus Corona baru di akun Twitter resminya. Data kasus positif di Turki memang tinggi, tetapi angka kematiannya sangat rendah, yakni 2.140 kasus.
Dalam sehari, Turki mampu melakukan hingga puluhan ribu tes Virus Corona. Perhitungan terkini, mereka melakukan 39.703 tes dalam sehari.
Total pasien sembuh di Turki dilaporkan mencapai 13.430.
Walaupun otoritas kesehatan Turki dapat bertindak cepat, rezim Preisen Recep Tayyip Erdogan mendapat kritikan dari pakar kesehatan karena tidak tegas menerapkan lockdown. Wali kota di Istanbul dan Ankara juga meminta adanya lockdown.
Pemerintah Erdogan memilih untuk melaksanakan curfew (jam malam) selama akhir pekan. Kebijakan itu sudah berlangsung selama dua pekan terakhir, namun pakar kesehatan berkata itu tidak cukup meredam Virus Corona.
Advertisement