Pesan Generasi Muda Saat Hari Kartini di Tengah Pandemi Corona COVID-19

Dengan ada pandemi COVID-19, ada kebiasaan yang diubah dengan kembali beraktivitas dari rumah. Namun, hal itu bukan berarti harus kembali pada zaman dahulu karena konteks yang berbeda.

oleh Agustina Melani diperbarui 22 Apr 2020, 07:52 WIB
Ibu RA Kartini diyakini meninggal akibat penyakit Preeklampsia. Apa itu ya?

Liputan6.com, Jakarta - Pemikiran, gagasan dan semangat RA Kartini tampaknya masih relevan dengan kondisi saat ini. Apalagi di tengah pandemi Corona COVID-19, dibutuhkan semangat untuk tetap bertahan.

Seperti kutipan RA Kartini yang menyebutkan "terkadang kesulitan harus kamu rasakan terlebih dahulu sebelum kebahagiaan yang sempurna datang kepadamu".

Perempuan bernama lengkap Raden Ajeng (RA) Kartini ini lahir di Kabupaten Jepara, Jawa Tengah pada 21 April 1879. Anak dari Bupati Jepara RM Ario Adipati Sosroningrat dan Ngasirah sempat menjalani pingitan yang dimulai pada 1892.

Namun, hal itu tak membuat pemikiran RA Kartini terkungkung. Mengutip buku Gelap-Terang Hidup Kartini, seri buku saku perempuan-perempuan perkasa, Kartini menghabiskan waktu dalam masa pingitannya dengan membaca buku modern. Buku tersebut merupakan kiriman RM Panji Sosrokartono, kakak kandung Kartini. Kakaknya melanjutkan kuliah di HBS Semarang hingga ke Universitas Leiden, Belanda.

Selain itu, Kartini juga memanfaatkan kotak bacaan langganan ayahnya yang ada buku, koran, majalah dari dalam dan luar negeri. Kartini pun dikenal rajin menulis dan berkemampuan Bahasa Belanda. Bahkan ia juga pernah mencari seorang sahabat pena dan menerbitkan iklan kecil pada 15 Maret 1899. Ia pun menjalani korespondensi dengan Estelle Zeehandelaar, aktivis feminis dan Rosa Abendanon yang juga menjadi pendukung bagi RA Kartini.

Lewat korespondensi itu, RA Kartini menuangkan gagasan, pemikirannya kepada sahabat penanya. Kartini menilai pentingnya pendidikan dan ilmu pengetahuan untuk memajukan kaum perempuan. 

Lalu bagaimana pesan dari generasi muda asal Jawa Timur ini dalam rangka Hari Kartini di tengah pandemi COVID-19 dan nilai-nilai dari RA Kartini yang dapat dipelajari?

Salah satu wisudawan terbaik Universitas Airlangga (Unair) pada 2019, Noviana menuturkan, ada pandemi COVID-19 menjadi salah satu bentuk perubahan dunia. Salah satunya kebiasaan yang berubah yaitu melakukan aktivitas dari rumah. Ia bersyukur dan dan bangga karena menjadi bagian dari perubahan itu meski tidak mudah pada fase perubahan.

"Tapi RA Kartini pelopor perjuangan emansipasi wanita juga mengalami kesulitan itu bahkan lebih sulit karena dia harus mengubah pola pikir dan sudut pandang banyak orang, perjuangannya tidak ia rasakan sendiri kita semua, semua perempuan ikut merasakan,” ujar dia saat dihubungi Liputan6.com, Selasa (21/4/2020).

Ia mengatakan, jika dulu perjuangan RA Kartini mengubah kebiasaan yang semula perempuan hanya berada di rumah, perempuan saat ini bisa merasakan aktivitas di luar rumah, sekolah hingga bekerja. Dengan ada pandemi Corona COVID-19, ada kebiasaan yang diubah dengan kembali beraktivitas dari rumah.

Namun, hal itu bukan berarti harus kembali pada zaman dahulu karena konteks yang berbeda. Noviana mengatakan, walau di rumah saja tetapi bukan berarti tidak bermakna. Jika pergerakan RA Kartini menyelamatkan kaum perempuan, pergerakan saat ini untuk menyelamatkan lebih banyak orang lagi.

"Bukan hanya kaum perempuan melainkan pula kaum pria, anak dan lansia semua ikut terselamatkan,"ujar dia.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini


Beri Dukungan kepada Tenaga Medis

Sejauh ini sudah 8 pasien positif virus Corona COVID-19 yang telah dinyatakan sembuh. Pada hari ini, Selasa (7/4/2020), 6 pasien sembuh dipulangkan.

Noviana menuturkan, beraktivitas dari rumah merupakan upaya untuk memutus rantai penyebaran Corona COVID-19. Selain itu juga dukungan bagi tenaga medis terutama perempuan yang terpaksa harus bekerja dan meninggalkan keluarga di rumah.

"Tenaga medis (red) berada di garda terdepan dalam penanganan COVID-19,” ujar Noviana yang saat ini mengikuti kuliah di Magister Ilmu Hukum Unair.

Hal senada dikatakan Doktor termuda dari Universitas Airlangga Nastiti Intan Permata Sari. Ia mengharapkan wanita muda dapat mengikuti jejak RA Kartini yang pantang menyerah. Masyarakat juga patut beri penghargaan untuk tenaga medis yang berjuang dalam penanganan COVID-19.

“Yang sangat mengena itu kata-kata Kartini habis gelap terbitlah terang. Jadi pasti ada harapan yang lebih baik dibalik semua pandemi COVID-19 ini, harus tetap semangat,” kata dia.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya