Harga Minyak Murah Meriah, Pertamina Tambah Impor 10 Juta Barel

PT Pertamina (Persero) akan memanfaatkan rendahnya harga minyak dengan melakukan impor

oleh Liputan6.com diperbarui 21 Apr 2020, 13:20 WIB
Ekspresi Dirut Pertamina Nicke Widyawati usai menjalani pemeriksaan oleh penyidik di Gedung KPK, Jakarta, Senin (10/6/2019). Nicke diperiksa sebagai saksi untuk tersangka mantan Dirut PLN Sofyan Basir terkait kasus dugaan suap proyek pembangunan PLTU Riau-1. (merdeka.com/Dwi Narwoko)

Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak dunia terus merosot. Seperti yang terjadi pada harga minyak mentah berjangka Amerika Serikat (AS) acuan West Texas Intermediate (WTI) yang anjlok lebih dari 100 persen hingga minus USD 37,63 per barel pada perdagangan Senin (20/4) kemarin.

Direktur Utama PT Pertamina Nicke Widyawati mengatakan, pihaknya mengambil kesempatan menambah impor minyak mentah sebanyak 10 juta barel saat minyak dunia anjlok. Crude oil impor tersebut diluar kuota impor yang biasa dilakukan.

"Kami bisa melakukan tambahan impor di luar impor yang rutin. Kami melakukan pengadaan tambahan 10 juta barel crude, dan gasoline 9,3 juta barel," ujar Nicke dalam rapat virtual bersama DPR di Jakarta, Selasa (21/4/2020).

Nicke mengatakan, untuk memanfaatkan harga minyak yang tengah anjlok, pihaknya masih melihat kemampuan keuangan untuk menambah impor. Sehingga begitu kondisi pulih usai pandemi Virus Corona maka perusahaan memiliki persediaan besar.

"Kita sedang melihat mana yang bisa kami tambah mumpung harga minyak lagi murah ini adalah memanfaatkan harga sedang turun. Kalau kita bandingkan domestic crude dan impor, hari ini impor jauh lebih murah," jelasnya.

 


Tambah Cadangan

Ekspresi Dirut Pertamina Nicke Widyawati usai menjalani pemeriksaan oleh penyidik di Gedung KPK, Jakarta, Senin (10/6/2019). Nicke diperiksa sebagai saksi untuk tersangka mantan Dirut PLN Sofyan Basir terkait kasus dugaan suap proyek pembangunan PLTU Riau-1. (merdeka.com/Dwi Narwoko)

Crude oil impor tersebut nantinya akan disimpan di storage milik pemerintah yang saat ini dikelola oleh Kontraktor Kontrak Kerja Sama (K3S) migas. Meski demikian, perusahaan pelat merah tersebut masih mencari storage tambahan untuk menampung crude oil jika nantinya impor ditambah.

"Kami pun meminta izin dan Alhamdullillah disetujui untuk menggunakan storage di milik K3S yang merupakan milik pemerintah dan sedang dikelola oleh K3S sehingga dengan demikian kami bisa melakukan tambahan impor di luar impor yang rutin," tandasnya..

 

Anggun P. Situmorang

Merdeka.com

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya