Pesepak bola yang Depresi Akibat Pandemi Corona Covid-19 Jumlahnya Terus Bertambah

Asosiasi pesepak bola internasional (FIFPro) mengklaim terjadi peningkatan signifikan jumlah pesepak bola yang mengalami gejala depresi akibat pandemi virus corona Covid-19.

oleh Windi Wicaksono diperbarui 21 Apr 2020, 18:02 WIB
(Ilustrasi/timesofmalta.com)

Liputan6.com, Amsterdam - Asosiasi pesepak bola internasional (FIFPro) mengklaim terjadi peningkatan signifikan jumlah pesepak bola yang mengalami gejala depresi akibat pandemi virus corona Covid-19.

Kebanyakan depresi yang diderita para pesepak bola itu karena tidak bisa merumput, yang berarti pemasukan keuangan untuk keluarga berhenti. Tidak sedikit mereka yang hidupnya bergantung dari lapangan hijau.

Berdasarkan data FIFPro melalui survei yang dilakukan, sebanyak 22 persen pesepak bola wanita dan 13 persen pesepak bola laki-laki, telah menunjukkan gejala-gejala depresi.

FIFPro bekerja sama dengan Pusat Medis Universitas Amsterdam dan melibatkan ribuan pesepak bola yang berasal dari 16 negara di dunia dalam melakukan survei tersebut.

Sebanyak 1.134 pemain laki-laki pria berusia rata-rata 26 tahun dan 468 pemain wanita berusia rata-rata sekitar 23 tahun, menjadi responden dalam survei FIFPro itu.

Gejala-gejala depresi antara lain, lemas, kurang nafsu makan, kurang energi, dan kurang percaya diri. Angka hasil survei itu meningkat signifikan bila dibandingkan pada Januari 2020. Ini jadi bukti betapa pandemi corona Covid-19 memengaruhi kehidupan pesepak bola. 

"Para pemain muda merasakan gejala depresi, sebab mereka harus mengisolasi diri, dan tidak tahu bagaimana masa depan mereka karena pandemi Covid-19," ujar Kepala Petugas Medis FIFPro Vincent Gouttebarge, seperti dilansir The Guardian.


Ketidakpastian

Ilustrasi sepak bola (Ist)

"Mereka khawatir akan memengaruhi pekerjaan mereka. Sebab, saat ini semua masih penuh dengan ketidakpastian bagi pesepak bola dan keluarganya," tuturnya.

Sekjen FIFPro, Jonas Baer-Hoffman, mengutarakan kondisi pemain berbeda-beda. Tapi, terdapat banyak pesepak bola yang malah hidup dalam kondisi keuangan yang sulit meski berada dalam masa terbaik mereka.


Upah Tak Berbeda

"Kontrak mereka rata-rata tak lebih dari dua tahun dan upah mereka sesungguhnya tidak jauh berbeda dari masyarakat umum. Mereka bergantung pada keterampilan sepak bola untuk hidup," terang Baer-Hoffman.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya