Bursa Saham AS Mulai Rebound Efek Stimulus Penanganan Corona

Bursa saham AS menunjukkan kenaikan moderat pada pembukaan pada hari Rabu

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 22 Apr 2020, 06:48 WIB
Wallstreet

Liputan6.com, Jakarta - Saham AS menunjukkan kenaikan moderat pada pembukaan pada hari Rabu, menyusul pelemahan baru-baru ini di pasar yang diperburuk oleh penurunan besar-besaran harga minyak.

Dikutip dari laman CNBC, Rabu (22/4/2020), Dow futures naik 70 poin, mengindikasikan kenaikan sekitar 0,4 persen pada pembukaan. S&P 500 dan Nasdaq Composite juga dibuka lebih tinggi, dengan keuntungan masing-masing 0,3 persen dan 0,6 persen.

Kontrak West Texas Intermediate untuk pengiriman Juni rebound di perdagangan malam, naik 15 persen menjadi di atas USD 13 per barel.

Sentimen lain, Senat Republik dan Demokrat pada Selasa malam memberikan paket bantuan virus corona senilai USD 484 miliar untuk usaha kecil, rumah sakit, dan pengujian.

DPR dapat menyetujui RUU tersebut pada hari Kamis. Pada hari Selasa, Dow Jones Industrial Average kehilangan sekitar 630 poin, membawa penurunan mingguan menjadi lebih dari 1.000 poin. Indeks 30-saham terseret oleh Merck & Co., yang kehilangan 5,5 persen, dan Boeing, yang turun lebih dari 5 persen.

S&P 500 juga mengalami penurunan tajam, jatuh lebih dari 3 persen. Nasdaq Composite berat teknologi turun sekitar 3,5 persen. Ini menjadi kinerja harian terburuk sejak 1 April.

 


Selanjutnya

Wallstreet

Aksi jual pasar minggu ini terjadi di samping kerugian besar di pasar minyak karena tak ada permintaan. Harga minyak naik dan menyebar ke lebih banyak kontrak berjangka, mengkhawatirkan investor tentang kerusakan ekonomi lebih dalam yang disebabkan oleh virus corona.

“Minggu ini para investor menyadari bahwa meskipun krisis akan segera membaik, dampak negatif darii ekonomi pada dasarnya masi mengkhawatirkan. Tanpa permintaan bahkan selama beberapa bulan, harga energi menjadi negatif karena pasokan minyak berlebih,”  kata Jim Paulsen, kepala strategi investasi di Leuthold Group kepada CNBC.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya