Bendera Setengah Tiang, Pesan Duka Cita Ratu Inggris untuk Korban Penembakan Kanada

Ratu Elizabeth II mengatakan dia dan Pangeran Philip "sangat sedih dengan kejadian penembakan mengerikan di Nova Scotia."

oleh Teddy Tri Setio Berty diperbarui 22 Apr 2020, 14:31 WIB
Ratu Elizabeth II saat di Royal Ascot. (Adrian DENNIS / AFP)

Liputan6.com, Nova Scotia - Ratu Elizabeth II menyampaikan sebuah pesan belasungkawa untuk para korban penembakan massal terburuk dalam sejarah Kanada. Penghargaan dalam bentuk musik juga bermunculan bersamaan pada Selasa, 21 April 2020 waktu setempat.

Menurut laporan dari pihak berwajib, jumlah korban kasus penembakan saat ini telah meningkat menjadi 23 orang, demikian dikutip dari laman Channel News Asia, Rabu 22 April 2020.

"Kami percaya ada 23 korban, termasuk seorang gadis (17 tahun). Semua korban lainnya adalah orang dewasa, baik pria maupun wanita," kata RCMP dalam sebuah pernyataan.

Royal Canadian Mounted Police (RCMP) tidak menentukan apakah penembak termasuk yang dihitung, dan belum dapat dihubungi untuk klarifikasi.

Pria bersenjata itu, yang diidentifikasi sebagai Gabriel Wortman (51). Dia dinyatakan meninggal kira-kira 14 jam kemudian setelah ditembak oleh polisi di sebuah pom bensin di Halifax, beberapa kilometer dari lokasi kejadian.

Ratu Elizabeth II mengatakan dia dan Pangeran Philip "sangat sedih dengan kejadian mengerikan di Nova Scotia."

Raja, kepala negara Kanada, juga memberikan penghormatan kepada para perwira RCMP, salah satunya tewas.

Di seluruh Kanada, bendera berkibar setengah tiang, sementara Perdana Menteri Justin Trudeau menyatakan: "Hari ini kita semua ada untuk orang Nova Scotia."

Dia menceritakan bagaimana anggota keamanan RCMP mengetahui dan mengingat Polisi Heidi Stevenson, yang terbunuh ketika merespons penembakan.

"Itu benar-benar menunjukkan betapa eratnya ikatan bukan hanya RCMP sebagai kekuatan, tetapi seberapa dekat kita sebagai keluarga," kata Trudeau.

 

Simak video pilihan berikut:


Motif Penembakan Belum Diketahui

Petugas Polisi Mounted Royal Kanada saat menangkap tersangka di sebuah pom bensin di Enfield, Nova Scotia, Minggu (19/4/2020). Seorang pria bersenjata menewaskan lebih dari 10 orang dalam aksinya, termasuk seorang polisi wanita. (Tim Krochak/The Canadian Press via AP)

Otoritas di Kanada menyatakan bahwa aksi ini merupakan insiden pembunuhan massal yang terparah sejak 30 tahun terakhir.

Royal Canadian Mounted Police (RCMP) mengatakan pria bersenjata itu adalah Gabriel Wortman (51) yang bekerja sebagai denturist yang mendampingi dokter gigi.

Pria ini disebutkan muncul dengan seragam polisi. Dia juga dengan susah payah membuat mobilnya agar terlihat seperti mobil polisi sungguhan saat melakukan aksi.

Wortman menembak orang di beberapa lokasi di seluruh lokasi kejadian, kata polisi dalam sebuah pengarahan, mengatakan jumlah korban tewas lebih dari 10 -- pada awal laporannya.

Polisi menambahkan mereka telah mengakhiri ancaman yang ditimbulkan oleh Wortman. Namun polisi tak menjelaskan apakah pelaku ditembak di lokasi kejadian atau menembak dirinya sendiri.

Pelaku kemudian disebutkan ditemukan dalam kondisi tewas.

Polisi mengatakan tidak ada hubungan yang jelas antara Wortman dan setidaknya beberapa korbannya. Mereka mengatakan mereka tidak tahu apa motivasinya.

"Hari ini adalah hari yang menghancurkan bagi Nova Scotia, dan akan tetap terukir di benak selama bertahun-tahun mendatang," Lee Bergerman, komandan RCMP di Nova Scotia, mengatakan kepada wartawan. Polisi wanita yang terbunuh adalah seorang perwira RCMP.

Pembantaian itu adalah yang terburuk di Kanada sejak seorang pria bersenjata membunuh 15 wanita di Montreal pada Desember 1989.

Penembakan massal relatif jarang terjadi di Kanada, lantaran memiliki undang-undang kontrol senjata yang lebih ketat daripada Amerika Serikat.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya