Liputan6.com, Ottawa- Untuk mencegah penembakan yang terjadi di Nova Scotia terulang, Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau akan membuat undang-undang pengendalian senjata yang lebih ketat.
"Dalam hal pengendalian senjata, kami mengambil komitmen yang sangat serius dalam kampanye pemilihan dan bergerak maju untuk memastikan bahwa kami memperkuat kendali senjata di negara ini," ujar Trudeau seperti dilansir CTV News.
Advertisement
Polisi mengatakan, aksi kejahatan dari pelaku penembakan itu termasuk juga kebakaran yang terjadi di 5 lokasi. Royal Canadian Mounted Police (RCMP) kini telah menemukan sisa-sisa dari beberapa lokasi kebakaran.
Jenis senjata yang digunakan pelaku belum disampaikan pihak berwenang.
Ketika berkampanye pada 2019, Trudeau mengaku ingin melarang senjata bermodel serangan di Kanada dan membuat program pembelian kembali untuk semua senjata tingkat militer yang telah dibeli secara legal.
Namun undang-undang diperkenalkan ketika Parlemen ditangguhkan karena pandemi Virus Corona COVID-19, kata Trudeau.
Penembakan itu disebut Perdana Menteri Nova Scotia, Stephen McNeil sebagai salah satu tindakan kekerasan paling tidak masuk akal dalam sejarah provinsi itu, seperti dikutip dari CNN, Rabu (22/4/2020).
Saksikan Video Berikut Ini:
Korban Jiwa Bertambah 23 Orang
Dilansir dari Globalnews.ca, korban jiwa dari penembakan massal di Nova Scotia dipercayai telah bertambah menjadi 23 orang, kata Nova Scotia Royal Canadian Mounted Police (RCMP).
Polisi mengatakan mereka tengah melakukan penyelidikan "terperinci dan kompleks" di 16 tempat kejadian kejahatan, yang meliputi 5 bangunan yang terbakar dan tersebar di seluruh komunitas Portapique, Wentworth, Debert, Shubenacadie / Milford dan Enfield.
Beberapa korban diketahui mencurigakan tetapi beberapa tidak, kata polisi.
Pada Minggu, 19 April 2020 pihak berwenang Nova Scotia melaporkan kejadian penembakan massal yang dilakukan oleh seorang pria bersenjata. Aksi itu dilakukan pelaku dalam kurun waktu selama 12 jam, seperti dikutip dari Channel News Asia.
Kejadian ini pun dikatakan sebagai aksi pembunuhan massal terburuk di negara itu dalam 30 tahun terakhir.
Pelaku penembakan itu adalah Gabriel Wortman yang berusia 51 tahun, ia menyamarkan mobilnya agar terlihat seperti mobil polisi, dan menembak orang di beberapa lokasi di seluruh provinsi Atlanti, menurut RCMP.
Advertisement