Perjalanan Konate di Liga Indonesia: Ditemukan Mundari Karya dan Dicap Pengkhianat oleh Aremania

Perjalanan karier Makan Konate, playmaker mumpuni dari Mali.

oleh Muhammad Adi Yaksa diperbarui 22 Apr 2020, 20:20 WIB
Makan Konate. (Bola.com/Dody Iryawan)

Jakarta - Delapan tahun lalu, Makan Konate hanyalah seorang perantau yang harap-harap cemas mengadu nasib di negeri orang. Jauh-jauh dari Mali, pemain kelahiran 10 November 1991 ini bermimpi untuk sukses berkarier di Indonesia.

Suatu sore di Lapangan ABC, Senayan, Jakarta, penampilan Makan Konate dalam sebuah latihan dengan rekan-rekannya sesama pemain Afrika memikat hati Mundari Karya. Ia membawa sang pemain ke PSPS Pekanbaru pada 2012.

Mundari Karya memang pelatih PSPS saat itu. Konate lalu bergabung dengannya pada 2013. Di lini tengah, dia berduet dengan Rohit Chand. Sayang, keduanya hanya bertahan selama setengah musim menyusul krisis finansial tim. Pada putaran kedua, Konate hengkang ke Barito Putera dan Rohit ke Persija Jakarta.

Bersama Djibril Coulibaly yang mengemas 21 gol pada musim tersebut, Konate membawa Barito Putera mengakhiri kompetisi di peringkat keenam. Selama setengah musim, dia membukukan 14 penampilan dan membuat enam gol.

Aksi impresif Konate bersama Barito Putera membuat Persib Bandung kepincut. Dia diangkut oleh tim berjulukan Pangeran Biru itu untuk Indonesia Super League (ISL) 2014.

"Saya pertama kali bermain di Indonesia bersama PSPS selama enam bulan. Lalu saya pindah ke Barito Putera selama enam bulan sebelum bergabung dengan Persib. Pada 2015, saya juga berhasil membawa Persib menjuarai Piala Presiden. Setelah itu, saya pindah ke T-Team (tim Malaysia) karena di kompetisi Indonesia sedang vakum," ujar Makan Konate pada medio November 2019.


Dari Juara hingga Dicampakkan

(Bola.com/Vitalis Yogi Trisna)

Musim pertama Makan Konate bersama Persib Bandung berlangsung indah. Dia tampil sungguh mengesankan sepanjang musim. Namanya tak henti-hentinya dieluk-elukan oleh Bobotoh.

Puncaknya adalah ketika Konate membantu Persib mengalahkan Persipura Jayapura pada partai final ISL 2014 dengan skor 5-3 melalui adu tendangan penalti setelah bermain imbang 2-2. Dia begitu larut dalam euforia sampai-sampai berjoget bersama dengan Walikota Bandung saat itu, Ridwan Kamil.

"Saya punya banyak memori dengan Persib. Saya tidak bisa melupakan Persib," imbuh pemain berusia 28 tahun tersebut.

Trofi ISL 2014 tersebut sekaligus menjadi hadiah ulang tahun ke-23 Konate yang jatuh tiga hari setelah pesta juara Persib. "Saya senang karena di usia yang baru menginjak 23 saya sudah mendapat trofi juara. Itu bagus karena ini baru tahun kedua saya bermain di Indonesia. Ketika saya memutuskan bermain ke luar negeri mengejar karir profesional saya langsung mendapat gelar juara," jelas Konate.

Saat Persib menjadi juara, Konate tampil pada 28 pertandingan. Dari jumlah itu, dia mengemas 13 gol. Konate merasa torehannya sungguh luar biasa mengingat ia berposisi sebagai gelandang.

"Saya juga senang bisa membuat 13 gol musim ini. Itu sangat bagus karena saya bukan striker," ucap Konate.

Konate sebenarnya dipertahankan Persib untuk ISL 2015. Namun, karena kompetisi berhenti, dia harus mengambil keputusan demi menyambung kariernya. Konate memilih hijrah ke Malaysia untuk bergabung dengan T-Team yang ketika itu ditangani oleh Rahmad Darmawan.

Sial bagi Konate. Saat memperkuat T Team, dia dihajar cedera lutut pada akhir 2016. Karena terancam absen lama, Konate berinisiatif untuk mengundurkan diri.

Konate memutuskan untuk rehat sepanjang 2017. Dia mencoba untuk membangun kembali reputasinya bersama Sriwijaya FC pada 2018. Setengah musim di sana, tim berjulukan Laskar Wong Kito itu diterpa krisis finansial. Alhasil, Konate harus dijual ke Arema FC.


Gabung Persebaya, Konate Dicap Pengkhianat?

(Bola.com/Yoppy Renato)

Konate masih setia membela Arema FC pada Liga 1 2019. Namun, dia membuat keputusan mengejutkan pada awal tahun ini.

Diperebutkan banyak klub pada bursa transfer Shopee Liga 1 2020, Konate memilih menyebrang ke rival Arema FC, Persebaya Surabaya. Perpindahannya dianggap tepat karena tim berjulukan Bajul Ijo ini punya ambisi yang lebih besar untuk menjadi juara di musim ini.

"Konate merupakan pemain Arema FC yang dipuja dan dicintai Aremania. Tapi kalau sampai dia pindah ke Persebaya, label pengkhianat akan langsung menempel padanya," kata Aremania Korwil Klayatan, Achmad Ghozali sebelum Konate membelot ke Persebaya.

Alasan terbesar Konate menyebrang ke Persebaya disinyalir karena tawaran kontrak yang wah. Satu musim, dia dikabarkan menerima gaji hingga Rp 4 miliar.

"Kurang lebih mencapai angka itu. Bagi kami, sudah di luar batas kewajaran terkait finansial klub. Tapi bagi dua klub Liga 1 lainnya, harga itu mungkin terjangkau," terang General Manager (GM) Arema FC, Ruddy Widodo.

Catatan Soccerway sejak pertama kalinya Konate berkarier di Liga Indonesia, Dia telah membukukan 126 penampilan. Dari jumlah itu, pemain yang identik dengan nomor punggung 10 ini mengemas 54 gol.

"Mengapa saya mau kembali bermain di Indonesia setelah dari Malaysia? Pertama, Indonesia itu negara muslim. Saya lihat banyak masjid. Ke mana pun saya jalan, saya selalu melihat masjid. Di Indonesia, mau di kompetisi apa pun hingga amatir, penonton selalu ramai. Semua suporter sangat fanatik di sini," jelas Konate.

Disadur dari Bola.com (Muhammad Adiyaksa / Hendry Wibowo)

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya