Menggelar Tradisi Megengan Lewat Online di Tengah Pandemi Corona COVID-19

Dalam tradisi Megengan, ada makanan yang tidak pernah ketinggalan untuk disajikan yaitu kue apem.

oleh Liputan6.com diperbarui 23 Apr 2020, 07:36 WIB
Kue apem itu sebagai simbol permintaan maaf dalam tradisi Megengan sebelum melakukan ibadah puasa Ramadan.(Liputan6.com/Dian Kurniawan).

Liputan6.com, Jakarta - Menyambut Bulan Ramadan, biasanya ada sejumlah tradisi yang dilakukan. Di tiap daerah memiliki tradisi sendiri-sendiri seiring bangsa Indonesia juga terdiri dari beragam suku, bahasa, agama dan budaya. Namun, pelaksanaan tradisi menyambut Ramadan itu akan berubah seiring ada pandemi Corona COVID-19.

Di Surabaya, Jawa Timur, ada megengan, salah satu tradisi menyambut Ramadan. Memang tradisi ini tidak hanya dilakukan di Surabaya saja tetapi juga umumnya di Jawa, khususnya di Jawa Timur.

Mengutip Merdeka, Kamis (23/4/2020), Akademisi Universitas Islam Negeri (UIN) Surabaya, Prof Dr Nur Syam mendefinisikan Megengan sebagai upacara selamatan ala kadarnya untuk menyambut bulan suci dan khusus, seperti tertuang dalam artikel Tradisi Megengan di Jawa.

Megengan ini berarti menahan. Jadi menahan hawa nafsu terkait makan, minum dan lainnya. Nur Syam menuturkan, tradisi Megengan ini dapat menjadi penanda bagi umat Islam untuk mempersiapkan khusus menjelang datangnya bulan suci Ramadan.

Dalam tradisi Megengan ini, selamatan juga diikuti dengan kegiatan doa bersama.Hal ini menunjukkan Megengan merupakan contoh nyata dari akulturasi antara budaya Jawa dengan ajaran agama Islam.

Nah, saat berlangsungnya tradisi ini, ada makanan yang tidak pernah ketinggalan untuk disajikan yaitu kue apem. Mengutip tebuireng.online, apem berasal dari kata dalam Bahasa Arab yaitu afwan yang berarti ampunan dan maaf.

Kue berbahan dasar tepung beras ini menjadi kue wajib dalam tradisi Megengan. Kue Apem menjadi simbol untuk memohon ampun kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala perbuatan yang dilakukan selama setahun.

Nah, di tengah pandemi Corona COVID-19 ini mengubah kebiasaan. Termasuk juga saat tradisi menyambut Ramadan. Hal ini mengingat anjuran untuk beraktivitas dari rumah, menghindari kerumunan, menjaga jaga jarak fisik, mencuci tangan dan jalani pola hidup bersih dan sehat. Ini sebagai langkah memutus rantai penyebaran Corona COVID-19.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini


Digelar Secara Online

Ilustrasi Foto Memangku Laptop (iStockphoto)

Di tengah pandemi Corona COVID-19 tersebut, sejumlah warga pun masih menggelar tradisi Megengan. Akan tetapi, kali ini secara online atau daring dengan memakai aplikasi zoom. Ini untuk mematuhi aturan jarak sosial selama masa Pandemi COVID-19.

Megengan online itu diikuti lebih dari 30 warga dari total 48 kepala keluarga di lingkungan Perum Puri Jepun Permai II, Kelurahan Jepun, Kecamatan Tulungagung, Jawa Timur.

"Dengan ada pandemi COVID-19 ini ya kami harus jaga jarak sosial dan fisik maka semua kegiatan, terutama kegiataan keagamaan yang mengumpulkan banyak orang harus dihindari,” ujar Ustadz Ahmad Syauqi, seperti dikutip dari Antara, Minggu, 19 April 2020.

Dia menuturkan, terobosan acara keagamaan dengan metode online ini baik sehingga tradisi keagamaan, jalinan ukhuwah, dan syiar keagamaan dari pemuka agama kepada umat, dan nilai-nilai kearifan lokal yang terkandung dalam tradisi megengan dapat dijalani baik.

Tradisi pun tetap terjaga, ibadah dan doa bersama dengan kelompok jamaah maupun lingkungan tetap terlaksana. Anjuran pemerintah untuk menjaga jarak sosial dan fisik tetap dipatuhi.

Syauqi menuturkan, megengan diambil dari bahasa Jawa "megeng" yang artinya menahan. Ini merupakan suatu peringatan sebentar lagi akan memasuki bulan Ramadan, bulan bagi umat Islam diwajibkan berpuasa, yaitu menahan untuk tidak melakukan perbuatan-perbuatan yang dapat menggugurkan ibadah puasa tersebut.

"(Megengan) ini merupakan ciptaan para ulama dulu Jawa dulu, sebagai bentuk akulturasi dan asimilasi budaya Jawa dengan nilai-nilai dalam ajaran Islam. Budaya Jawa merupakan nilai-nilai yang diserap sisi positifnya, yaitu dalam bentuk kegiatan berkumpul bersama dalam menjaga kerukunan, kerja sama, komunikasi terjalin baik. Itu yang sekarang terus kita lestarikan," kata ustadz Syauqi.

Megengan secara daring itu diikuti puluhan keluarga yang sudah terkonfirmasi bergabung dalam aplikasi zoom. Mereka mengikuti rangkaian acara dan doa melalui perangkat android ataupun perangkat laptop yang sudah terpasang di rumah.

Usai doa, acara dilanjutkan dengan seremoni potong tumpeng dan pembagian seratusan nasi kotak kepada warga perumahan maupun warga kampung di sekitarnya.

Suwarno Harso Diyoso, tokoh RT 05/RW 05 Perum Puri Jepun Permai II mengatakan, megengan daring dilaksanakan sesuai kesepakatan warga untuk menjalankan tradisi menjelang Ramadan dengan tetap menjaga kebersihan dan mencegah risiko penularan wabah corona di lingkungan mereka.

Apalagi semangat jaga jarak sosial dan berbagai upaya pencegahan dini wabah COVID-19 telah mereka galakkan sejak awal pandemi, dengan mendirikan gerbang disinfektan/disinfeksi di pintu masuk perumahan pada awal-awal merebaknya kasus corona di Indonesia, hingga penunjukan lingkungan perumahan itu sebagai percontohan bagi pelaksanaan program jaga ja rak sosial yang digalakkan pemerintah.

"Intinya kami tetap ingin menyalurkan sedekah makanan antarwarga maupun kepada warga sekitar perumahan sebagai bentuk penghormatan kita sebagai umat Islam dalam menyambut datangnya bulan suci Ramadan," kata dia.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya