Menlu AS Desak China Agar Mendapat Akses Penelitian Temuan Awal Corona COVID-19

Menlu AS menolak untuk mengesampingkan pemberitaan bahwa Virus Corona COVID-19 itu bocor dari sebuah laboratorium di kota metropolitan Wuhan, China.

oleh Teddy Tri Setio Berty diperbarui 23 Apr 2020, 10:29 WIB
Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Mike Pompeo (AP PHOTO)

Liputan6.com, Washington, D.C - Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo pada Rabu, 22 April 2020 mendesak China untuk mengizinkan pihaknya melakukan pemeriksaan ke laboratorium, sebagai upaya pemberantasan Virus Corona COVID-19

Pompeo menolak untuk mengesampingkan pemberitaan bahwa Corona COVID-19 bocor dari sebuah laboratorium di kota metropolitan Wuhan, China -- sebuah skenario yang ditolak keras oleh Beijing.

"Anda harus ingat, laboratorium-laboratorium ini masih terbuka di China, laboratorium-laboratorium ini yang mengandung patogen kompleks yang sedang dipelajari. Bukan hanya Institut Virologi Wuhan," kata Pompeo kepada wartawan.

"Sangat penting bahwa bahan-bahan itu ditangani dengan cara yang aman sehingga tidak ada pembebasan tanpa disengaja," kata Pompeo kepada wartawan, demikian dikutip dari laman Channel News Asia, Kamis (23/4/2020).

Pompeo mengutip contoh fasilitas nuklir, menunjuk pada inspeksi global yang ketat untuk memastikan keselamatan.

Dia memperbarui kekhawatiran bahwa China belum membagikan sampel virus yang terdeteksi diawal penemuan, yang dikenal secara ilmiah sebagai SARS-CoV-2 atau Corona COVID-19.

"Kami masih belum memiliki sampel virus, dunia juga tidak memiliki akses ke fasilitas atau lokasi lain di mana virus ini mungkin awalnya berasal," kata Pompeo.

Pihak berwenang China awalnya menekan berita tentang virus mematikan itu berasal dari negaranya.

Sejak itu para ilmuwan China mengatakan bahwa mereka curiga virus itu muncul akhir tahun lalu di pasar daging Wuhan yang membantai hewan-hewan eksotis.

Simak video pilihan berikut:


Tuduhan Penasehat Trump

Presiden AS Donald Trump dalam briefing melawan Virus Corona (COVID-19) di Gedung Putih. Dok: Gedung Putih

Penasihat Gedung Putih Peter Navarro menuduh China menyembunyikan data tentang penyebaran pasien Corona COVID-19 lantaran ingin memperoleh keuntungan secara finansial serta dalam rangka berlomba menemukan vaksin virus tersebut.

Dikutip dari laman Channel News Asia, Amerika Serikat merupakan negara yang paling parah terdampak pandemi Corona COVID-19.

Menurut statistik resmi, pihaknya telah berulang kali meminta Beijing untuk berbagi data awal mengenai wabah tersebut, yang dimulai di China.

"Salah satu alasan mengapa mereka mungkin tidak membiarkan kami masuk dan memberi kami data tentang virus ini lebih awal, adalah mereka berlomba untuk mendapatkan vaksin dan mereka berpikir ini hanya perlombaan bisnis yang kompetitif," ujar Navarro.

"Itu adalah rencana bisnis sehingga mereka dapat menjual vaksin ke dunia," kata Navarro.

"Tapi kita akan mengalahkan mereka. Kita akan mengalahkan mereka karena kepemimpinan Presiden Trump."

"Kita akan mengalahkan mereka karena HHS telah mendapatkan petunjuk dari lima perusahaan merujuk pada Departemen Kesehatan dan Pelayanan Kemanusiaan."

Presiden Donald Trump telah menunjuk Navarro, seorang kritikus blak-blakan terhadap China, untuk menangani masalah yang berkaitan dengan pandemi Corona COVID-19.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya