Tiongkok dan Standar Baru Makan di Luar Rumah

Penyebaran corona COVID-19 disebut-sebut bakal mengubah banyak kebiasaan, termasuk makan di luar rumah yang standar barunya dilihat warga dunia lewat publik Tiongkok.

oleh Asnida Riani diperbarui 23 Apr 2020, 14:02 WIB
Seorang pria mengenakan masker menunggu makanannya di sebuah restoran di pusat perbelanjaan Beijing (28/1/2020). Jumlah korban meninggal dunia di Provinsi Hubei, China tengah, akibat Virus Corona bertambah 65 orang. (AP Photo/Mark Schiefelbein)

Liputan6.com, Jakarta - Restoran yang tengah berjuang di tengah pandemi corona COVID-19 mulai bertanya, pun penyebaran virus corona baru berakhir, bagaimana cara menarik pelanggan untuk kembali makan di luar rumah?

"Tiba-tiba jadi seperti, saya tak yakin bila seseorang menyentuh makanan saya," ucap Bob Goldin, partner di sebuah perusahaan konsultan di Amerika Serikat seperti dilansir dari laman South China Morning Post, Kamis (23/4/2020).

Pada satu atau cara lain, Goldin mengatakan, orang-orang mulai mengadaptasi hidup tanpa pergi ke restoran. "Konsumen, di mana kebanyakan mereka terbiasa masak di rumah atau tengah menghadapi pergolakan ekonomi, dikatakan akan sangat perlahan untuk kembali ke bar maupun restoran," imbuhnya.

Donald Trump, melibatkan para pemimpin indusri, minggu lalu membahas cara memperbaiki lingkaran ekonomi usai pandemi berakhir. Keputusannya, sekian banyak negara bagian di Negeri Paman Sam akan menyeimbangkan pemasukan restoran dengan realita bahwa kebiasaan makan di luar rumah mungkin tak kembali seperti sebelumnya.

Demi bertahan, bisnis harus membuat konsumen merasa aman dengan menjaga jarak di antara mereka, sebagaimana yang dilakukan banyak pelaku bisnis kuliner di Tiongkok, dan menemukan cara untuk meminimalisir kontak dengan orang lain.

Disebutkan bahwa perhatian sekarang sedang tertuju ke Tiongkok perihal bagaimana mereka menetapkan standar baru makan di luar rumah. Kebanyakan restoran sekarang memang menerapkan jasa pengantaran, bahkan sampai ke kebutuhan pokok.

"Saya pikir, social distancing akan terus berlangsung beberapa saat, bahkan setelah pandemi berakhir. Karenanya bisnis tertentu harus siap dengan kemungkinan mereka yang akan menghindari tempat ramai," tutur Dr Erin DiCaprio, ahli di bidang keamanan makanan dari University of California.


Adaptasi yang Bisa Dilakukan Restoran

Gambar ini diambil pada 11 April 2018, menunjukkan pelanggan yang memasukkan pesanan dengan mesin pembayaran di restoran McDonald di Beijing. ( Wang Zhao / AFP.

Jack Li, CEO badan penelitian Datassential mengatakan, restoran akan diharuskan menjaga jarak tertentu antar pelanggan, juga mengadopsi metode pembayaran tanpa kontak dengan meniadakan opsi tunai maupun memberi kartu kredit.

Ia menambahkan, layanan buffet sangat mungkin hilang. "Pekerja akan memakai sarung tangan karet dan masker, sementara perabot dapur disimpan secara terpisah, lalu dibungkus dengan aman," tutur Li.

Di Wuhan, sejumlah restoran sudah menggunakan channel siaran langsung memperlihatkan model makan di outlet mereka dalam upaya menunjukkan pada konsumen bahwa kembali datang adalah pilihan aman.

Kendati demikian, restoran dengan jasa pengantaran tetap jadi yang paling laris di tengah kondisi penyebaran corona COVID-19 yang mereda.

"Orang sangat mungkin akan secara rutin pergi ke pasar atau supermarket dan memenuhi kulkas mereka. Publik dunia tengah mengubah gaya hidup mereka dalam kurun waktu singkat. Saya pikir kebiasaan seperti ini tak akan mudah hilang," ucap Adnan Durrani, CEO perusahaan makanan Saffron Road.


Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya