Liputan6.com, Jakarta - Pengamat Pertanian Institut Pertanian Bogor (IPB) Dwi Andreas, mendukung langkah Kementerian Pertanian dengan menyediakan ATM Beras. Langkah ini sebagai bantuan pangan bagi masyarakat yang terdampak virus Corona.
“Tidak ada masalah baik-baik saja, karena hal baik juga mengurangi beban masyarakat,” kata Dwi kepada liputan6.com, Kamis (23/4/2020).
Advertisement
Diketahui, setiap hari masyarakat bisa mengambil beras sebanyak 1,5 kg per orang di 12 Kodim yang tersebar di seluruh DKI Jakarta. Adapun stok beras yang dibagikan secara gratis ini mencapai 1,2 ton per hari.
Namun menurut Dwi, langkah dari Kementan ini kurang maksimal jika ingin meringankan beban masyarakat. Ia pun mulai menghitung. Saat ini baru ada 12 ATM Beras. Setiap ATM Beras hanya bisa untuk beberapa keluarga saja sehingga tidak signifikan membantu.
Dalam hitungannya, setiap orang akan dapat 1,5 kg beras. Sedangkan dalam sehari 1,2 ton beras disalurkan melalui ATM Beras Artinya setiap ATM Beras bisa melayani kurang lebih 1.000 orang. Sedangkan untuk 12 ATM Beras kurang lebih bisa melayani 12 ribu orang.
"Sekarang penduduk yang terdampak di Jakarta berapa juta orang? Iya masih belum signifikan, tapi itu menjadi salah satu cara untuk menangani dampak virus Corona,” ungkapnya.
Terus Perbanyak
Ia berharap untuk ke depannya jika memungkinkan, Kementerian Pertanian bisa terus mengembangkan dan memperbanyak pola-pola seperti ATM beras untuk masyarakat. Namun, menurutnya di balik itu juga ada hal lain yang harus diperhatikan, yakni logistik pangan.
“Itu sebaiknya diperbanyak, tapi ada hal lain yang lebih penting sebenarnya karena komoditas pangan ini besar diperdagangkan melalui pasar-pasar tradisional, saya kira pemerintah harus memperhatikan. Menyelamatkan logistik pangan di Indonesia, ini akan signifikan, kalau karena mencontoh Vietnam ya tidak ada masalah tapi apakah itu mengatasi persoalan? Ya belum tentu,” ujarnya.
Kemudian, ia menilai langkah yang dilakukan oleh Kementerian Pertanian itu tidak terlambat, karena bantuan melalui ATM beras hanya salah satu cara memberikan bantuan kepada masyarakat.
Dwi menegaskan kembali, meskipun bantuan ATM beras tidak signifikan dalam membantu masyarakat yang terdampak, pemerintah juga harus memperhatikan kembali produsen pangan yang juga terkena dampak, yakni mereka kesulitan penjualan.
“Misalnya pasar tradisional melakukan penjualan, nah itu akan teramat kecil dari omset yang biasanya. Jadi itu yang saya kira diperukan bagaimana mekanisme perdagangan pangan logistiknya tidak terhambat. Menurut saya itu yang lebih penting daripada sekedar ATM beras,” pungkasnya.
Advertisement