Ini Tanggapan WhatsApp Soal Pembobolan Akun Aktivis Ravio Patra

WhatsApp memberikan tanggapan terkait isu pembobolan akun milik aktivis Ravio Patra.

oleh Iskandar diperbarui 23 Apr 2020, 15:26 WIB
Ilustrasi Media Sosial dan Aplikasi Chat | unsplash.com/@christianw

Liputan6.com, Jakarta - Akun WhatsApp milik aktivis Ravio Patra dibobol oleh pihak tak bertanggung jawab. Setelah itu, akun yang telah berpindah tangan menyebarkan provokasi.

Kejadian yang menimpa pria yang juga dikenal sebagai peneliti kebijakan publik ini bermula pada Rabu (22/4/2020) sekitar pukul 14.00 WIB.

Menanggapi isu tersebut, Juru Bicara WhatsApp menegaskan bahwa keamanan orang-orang yang menggunakan layanannya adalah fokus utama perusahaan.

“Meskipun kami tidak dapat memberikan tanggapan terkait pengguna tertentu, perhatian utama kami adalah keamanan orang-orang yang menggunakan layanan kami. Pesan-pesan Anda disimpan di dalam perangkat Anda dan dilindungi oleh enkripsi end-to-end," ujar Juru Bicara WhatsApp kepada Tekno Liputan6.com, Kamis (23/4/2020).

Sebagai keamanan tambahan, lanjur juru bicara tersebut, perusahaan menyediakan fitur verifikasi dua langkah untuk melindungi akun WhatsApp dari serangan modus penipuan dan peniruan identitas.

"Meskipun serangan-serangan tersebut tidak dapat mengakses riwayat pesan Anda, kami sangat mendorong semua pengguna untuk melindungi akun mereka dengan keamanan tambahan ini," ucapnya memungkaskan.


Pakar: Penangkapan Aktivis Ravio Patra, Harus Tunggu Penjelasan Resmi WhatsApp

Ilustrasi WhatsApp. Kredit: Webster2703 via Pixabay

Pakar keamanan siber, Alfons Tanujaya, mengungkapkan kebenaran soal isu pembobolan akun aktivis dan peneliti kebijakan publik Ravio Patra, harus menunggu konfirmasi langsung pihak kepolisian kepada WhatsApp. Sejauh ini, ia menilai pernyataan soal pembobolan tersebut baru klaim sepihak.

"Kalau sudah berlanjut ke ranah hukum, kita tidak bisa berbicara berdasarkan analisis sepihak, perlu berdasarkan data forensik. Jadi kita tunggu konfirmasi secara resmi pihak kepolisian kepada WhatApp," ungkap Alfons saat dihubungi Liputan6.com, Kamis (23/4/2020).

Alfons menjelaskan, untuk mengambil alih akun WhatsApp diperlukan dua langkah menginisiasi pemindahan nomor akun. Proses tersebut, katanya, sangat sulit dilakukan.

"Syaratnya korban harus setuju, kalau tidak ya tidak bisa diambil alih. Tapi beda kalau kita asumsikan disetujui secara tidak sengaja. Pemindahan nomor itu sangat sulit, kecuali dia meleng, lalu dia bilang sudah diproteksi dengan two-step verification, itu sulit sekali sebenarnya," tutur Spesialis Keamanan Teknologi Vaksincom tersebut.

Penangkapan Ravio Patradiungkapkan oleh Direktur Eksekutif SAFEnet, Damar Juniarto. Damar menjelaskan, penangkapan itu tak lama setelah ponsel Ravio diretas oleh orang tidak dikenal.

Ia menyampaikan peretas menyebarkan pesan-pesan bermuatan provokasi. Bunyi pesan tersebut, "KRISIS SUDAH SAATNYA MEMBAKAR!AYO KUMPUL DAN RAMAIKAN 30 APRIL AKSI PENJARAHAN NASIONAL SERENTAK, SEMUA TOKO YG ADA DIDEKAT KITA BEBAS DIJARAH".


Melapor ke Head of Security WhatsApp

Ilustrasi cara kunci WhatsApp (Sumber:Pixabay)

Damar mengatakan, Ravio yang bercerita langsung bahwa ponselnya telah diretas. "Ravio menunjukkan pesan ketika mecoba menghidupkan WA, muncul tulisan: "You've registered your number on another phone" Dicek ke pesan inbox SMS, ada permintaan pengiriman OTP," ujar Damar.

Menurut Damar, Ravio Patramelaporkan peristiwa tersebut kepada Head of Security WhatsApp. Pelaku pembobolan menemukan cara mengakali nomor untuk bisa mengambil alih Whatsapp, yang sebelumnya didaftarkan dengan nomor Ravio.

"Dikatakan memang terbukti ada pembobolan, karena OTP dikirim ke nomor Ravio, besar kemungkinan pembobol sudah bisa membaca semua pesan masuk lewat nomor tersebut," katanya.


Fitur Two-step Verification

ilustrasi whatsapp | pexels.com/@anton-8100

Alfons menekankan, fitur two-step verification sejauh ini bisa dikatakan bagus untuk mengamankan akun WhatsApp. Ketika pengguna mengaktifkan fitur keamanan tersebut, berbagai upaya untuk memverifikasi nomor telepon di WhatsApp harus disertai enam nomor PIN yang dibuat untuk menggunakan fitur tersebut.

Menurut Damar jika fitur tersebut diaktifkan, maka sangat sulit sekali akun WhatsApp diretas oleh pihak lain. Mengingat enam nomor PIN yang harus dimasukkan, sangat kecil kemungkinan akun diretas.

"Fitur itu cukup aman, tapi memang perlu diaktifkan. Jika ingin mengambil alih WhatsApp, pin 6 angka itu 1 juta kemungkinannya. Untuk bisa tahu pin yang tepat, sangat kecil," jelasnya.

(Isk/Why)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya