Liputan6.com, Jakarta - Jisel, menjadi salah seorang yang merefleksikan semangat Kartini masa kini. Hanya saja berbeda spektrum, sang lady biker menerjemahkannya di atas kuda besi.
Royal Enfield, mengadakan Tour of Indonesia 2020 pada Maret lalu. Rute yang dipilih tak bisa dibilang singkat. Titik start dimulai dari Bogor dan finish di Pulau Dewata, mencatat jarak 1.400 km. Selama enam hari perjalanan, kota-kota pesisir selatan dikunjungi.
Menjelajah warisan budaya serta mencicip kuliner Nusantara sekitar. Eleonora Ajisela Agrippina, atau akrab disapa Jisel, menjadi satu-satunya peserta wanita di antara 19 laki-laki dalam rombongan.
Baca Juga
Advertisement
Touring menjadi salah satu ajang pembuktian diri baginya. Hal yang dianggap ekstrem, sekaligus melelahkan – bukanlah sesuatu yang tabu lagi dilakukan kaum hawa. Seperti kita tahu, terkadang roda dua masih dianggap sarat akan maskulinitas. Apalagi motor besar. Namun ia bersikukuh mengubah sudut pandang patriarkis itu dengan tangguh.
Menurutnya, jalan yang dipilih selama acara berlangsung begitu menguji ketahanan motor, juga kemampuan pengendara. Terutama kala melewati rute “Daendels”, dari Tasikmalaya hingga Yogyakarta.
Ruas jalan yang terkenal sepi dan agak berbahaya itu ia taklukkan juga. Mengingat beratus kilometer merupakan trek lurus, yang berisiko jika konsentrasi pecah. Atau bahkan terlalu emosi memacu motor.
Ia pun merasa Himalayan menjadi motor yang pas untuk diajak tualang. Ikatan antara pengendara dan motor dianggap erat. Fitur minim sebaliknya jadi nilai plus untuk Jisel. Basa-basi fitur canggih bukanlah yang dicari.
“Royal Enfield Himalayan itu ground clearance-nya pas. Hanya saja berat dan dimensinya panjang. Tapi Himalayan memberikan rasa berkendara murni, antara rider dan motor, tanpa ada pihak ketiga (fitur canggih). Sebuah sensasi yang tidak aku dapat pada motor berteknologi tinggi,” Bangga Jisel, soal tunggangan yang membuatnya berhasil finish di Bali.
Harus Percaya Diri
Dalam touring, Jisel mengatakan bahwa kemampuan membaca situasi, serta kematangan persiapan pra-perjalanan, berikut stamina optimal sangat diperlukan. Mental kuat dan pengetahuan medan yang dituju juga wajib dipahami.
Pola pikirnya pun perlu diubah. Bepergian dalam grup besar, berarti harus sanggup menahan diri, meletakkan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi.
Karena tiap orang dan motor punya karakter berbeda. Hal ini ia rasakan sendiri. Selama touring, Jisel banyak dibantu teman satu grup dan warga setempat. Sebuah nilai kebersamaan.
Sekaligus, ia membuktikan wanita bisa berada di posisi sama dengan laki-laki. Menaklukkan medan berat, memiliki kemampuan bermotor, serta melewati rintangan bak kaum Adam. Mengikis stigma yang ada.
“Jauhkan perasaan tidak percaya diri, ketika dibandingkan dengan laki-laki! Mari ingat Kartini dan pahlawan perempuan lainnya, yang pada masanya berusaha menepis stigma. Jadilah seorang Kartini hebat dan tangguh di masa sekarang dengan caramu sendiri,” tutup Jisel.
Sumber: Oto.com
Advertisement