5 Kesalahan Besar MU Sejak Era David Moyes

Moyes sudah enam tahun meninggalkan MU. Namun Setan Merah masih belum berjaya.

oleh Liputan6.com diperbarui 24 Apr 2020, 06:20 WIB
Pelatih Manchester United, Jose Mourinho bersalaman dengan pelatih West Ham United, David Moyes (kiri) usai laga Premier League di London Stadium, London, (10/5/2018). West Ham tahan MU 0-0. (AP/Alastair Grant)

Jakarta- Praktis telah enam tahun berlalu sejak David Moyes dipecat, tapi Manchester United (MU) masih belum juga  berjaya. Dengan demikian maka Moyes tidak sepenuhnya bersalah atas keterpurukan Setan Merah.

Moyes, alias The Chosen One, merupakan pilihan langsung Sir Alex Ferguson untuk melanjutkan tugas beratnya di tim Setan Merah. Sayangnya Fergie juga bisa salah, memilih Moyes justru jadi awal bencana.

Seharusnya pelatih pertama yang meneruskan tugas berat Fergie adalah pelatih top, karena sudah pasti Manchester United akan memasuki masa-masa sulit. Namun, Moyes jelas tidak masuk kategori pelatih top itu, dapat dipahami mengapa dia gagal total.

Moyes dianggap bersalah atas keterpurukan Manchester United sampai saat ini, yang baru mulai bangkit pada era Ole Gunnar Solskjaer. Mulai dari kebijakan transfer yang keliru, manajemen manusia yang keliru, intinya Moyes selalu disalahkan.

Kendati demikian, FourFourTwo melihat ulang langkah MU beberapa tahun terakhir dan memahami bahwa Moyes tidak sepenuhnya bersalah. Justru, pihak klub yang beberapa kali membuat kesalahan besar, bahkan sampai sekarang.

Setidaknya ada 5 kesalahan terbesar MU sejak era Moyes. Apa saja? Baca selengkapnya di bawah ini


1. Tidak Menunjuk Direktur Teknik

Manchester United (Grafis: Abdillah/Liputan6.com)

Ferguson bukan sekadar pelatih, dia justru lebih sering terlibat langsung dalam pemantauan pemain berbakat dan rekrutmen pemain. Begitu ditinggal Fergie, Manchester United seharusnya tahu bahwa mereka bakal menghadapi masalah besar.

Ferguson adalah segalanya. Dia terlibat dalam keputusan di level pimpinan, rekrutmen pemain dan staf, juga menanamkan filosofi yang jelas tentang perkembangan pemain muda ke tim inti. Di era modern ini, itu adalah tugas direktur teknik.

Sepak bola modern memang membutuhkan perubahan struktur. Sekarang tidak bisa semuanya dikerjakan pelatih, harus ada bantuan dari direktur teknik. Sayangnya, sampai sekarang Manchester United belum juga merekrut direktur teknik yang tepat.


2. Gagal Memaksimalkan Paul Pogba

Paul Pogba - Pemain jebolan Akademi Manchester United ini termasuk dalam kategori pemain dengan kualitas di atas rata-rata. Pogba yang menjadi gelandang box to box andalan lini tengah ini telah melesatkan 24 gol dan 25 assist bersama The Red Devils. (AFP/Paul Ellis)

Anak hilang yang kembali dari Juventus pada tahun 2016, seharusnya Paul Pogba jadi bintang besar baru kesayangan Old Trafford. Dia tiba di era Jose Mourinho dan dianggap sebagai salah satu gelandang terbaik di dunia.

Namun, Pogba hanya membawa kekecewaan. Bakatnya jelas luar biasa, terbukti saat membantu Prancis menjuarai Piala Dunia 2018. Namun, entah mengapa Pogba dalam kostum Manchester United jauh berbeda.

Dia masih pemain paling berbakat dalam skuat Manchester United yang sekarang, yang terbukti dengan 31 gol dan 31 assists dalam 150 pertandingan. Namun, sudah cukup jelas bahwa Pogba sedang mencari jalan keluar dari Old Trafford.


3. Kebijakan Transfer Buruk

Angel Di Maria - Bintang asal Argentina ini berlabuh ke Manchester United pada musim 2014/15. Namun Di Maria hanya bertahan semusim dan cuma mencetak 4 gol dari 32 laga bersama Manchester United. (AFP/Ian Kington)

Tanpa direktur teknik, kebijakan transfer Manchester United benar-benar buruk pasca-kepergian Moyes. Fans sampai bertanya-tanya apakah klub kesayangan mereka masih menarik bagi pemain-pemain top.

Van Gaal dan Mourinho tidak bisa berdalih, kebijakan transfer mereka buruk, atau mungkin klub yang tidak bisa membelikan pemain sesuai keinginan mereka.

Empat dari daftar 10 besar pembelian termahal Manchester United ada di era Mourinho: Pogba, Romelu Lukaku, Fred, dan Nemanja Matic. Belum lagi pemain-pemain mahal lainnya seperti Alexis Sanchez, Victor Lindelof, dan Henrikh Mkhitaryan.

Van Gaal juga bersalah. Dia membeli Angel Di Maria, Morgan Schneiderlin, Memphis Depay, Matteo Darmian, dan Bastian Schweinsteiger, semua pemain itu sudah tidak berkostum Manchester United.


4. Alexis Sanchez

Winger Manchester United, Alexis Sanchez, mengalami cedera saat timnya menang 3-2 atas Southampton dalam laga pekan ke-29 Premier League, di Old Trafford, Sabtu (2/3/2019). (AFP/Oli Scarff)

Saking buruknya, pemain Chile ini bahkan dibuatkan nomor sendiri. Entah apa yang dipikirkan Manchester United saat memutuskan transfer Sanchez, mungkin hanya ingin melukai Man City.

Sanchez memang bermain apik di Arsenal. Dia salah satu permain paling penting yang terbukti dengan 80 gol dalam 166 pertandingan. Namun, begitu pergi dari Arsenal, gol-gol Sanchez hanya tinggal kenangan.

Masalahnya sederhana, Manchester United tidak benar-benar membutuhkan Sanchez. Manchester United sudah punya banyak pemain muda di pos sayap kiri, yang merupakan posisi bermain Sanchez.

Kehadiran Sanchez justru pernah menghambat perkembangan Marcus Rashford dan Anthony Martial, lalu ddia menepi beberapa bulan karena cedera. Hanya itu kegiatan Sanchez di Manchester United.


5. Gagal Merekrut Jurgen Klopp

Sekarang Manchester United hanya bisa menyesal dan berandai-andai. Ternyata dahulu mereka nyaris mendapatkan Jurgen Klopp, seandainya ini terwujud.

Kala itu, menjelang kepergian Moyes, Ed Woodward terbang ke Jerman untuk mencoba merayu Klopp. Sayangnya rayuan Woodward benar-benar buruk, dia menjual Manchester United sebagai tempat ajaib di mana talenta terbaik tercipta dan mimpi bisa jadi nyata.

Klopp merasa aneh dengan cara Woodward merayunya dan memilih bertahan di Dortmund. Beberapa bulan setelahnya, Liverpool datang dengan penawaran yang lebih baik dan Klopp setuju pindah.

Sumber: FourFourTwo

Disadur dari: Bola.net (Richard Anderas, published 23/4/2020)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya