Liputan6.com, Jakarta - Menteri Riset dan Teknologi (Menristek)/Kepala BRIN Bambang Brodjonegoro mengatakan pada Mei 2020 ditargetkan sudah memproduksi 200 ventilator portabel untuk penanganan pasien Corona COVID-19 di rumah sakit.
"Jadi harapannya bulan Mei kita sudah bisa paling tidak memproduksi awal 200," kata Menristek Bambang dalam konferensi video, Jakarta, Kamis (23/4/2020).
Advertisement
Bambang menuturkan pada pekan ini diharapkan uji terakhir terhadap ventilator portabel oleh Badan Pengamanan Fasilitas Kesehatan Kementerian Kesehatan (BFPK Kemkes) sudah selesai.
Hingga saat ini, ada empat ventilator portabel yang sedang diuji oleh BFPK Kemkes untuk uji ketahanan (endurance). Empat ventilator itu masing-masing didesain oleh Universitas Indonesia, Institut Teknologi Bandung, swasta dan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT).
BPPT sudah mendapatkan dua mitra industri untuk produksi ventilator portabel itu. Begitu uji ketahanan ventilator selesai di BFPK Kemenkes pada pekan ini, maka bisa segera dilakukan produksi dengan kapasitas 100 unit per pekan per pabrik atau mitra industri.
Kementerian Riset dan Teknologi (Kemristek)/BRIN akan berkoordinasi dengan Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 dan Kementerian Kesehatan untuk penyaluran ventilator portabel tersebut.
Gugus Tugas Percepatan Penanganan Corona dan Kementerian Kesehatan akan menentukan rumah sakit atau fasilitas kesehatan yang mendapatkan ventilator portabel itu.
"Secara umum besarnya kebutuhan, di mana dibutuhkan itu adalah tersentralisasi di gugus tugas dan Kementerian Kesehatan," tutur Bambang seperti dikutip dari Antara.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Produksi 100.000 Alat Rapid Test
Konsorsium COVID-19 yang dibentuk oleh Kemristek/BRIN juga sedang mengupayakan untuk dapat segera memproduksi 100.000 unit untuk rapid test dalam rangka mendeteksi COVID-19.
Konsorsium juga menargetkan segera selesainya pengembangan PCR (Polymerase Chain Reaction) Test Kit yang berbasis transmisi lokal virus COVID-19.
"PCR yang kita kembangkan ini nantinya berbasis virus yang 'local transmission' (transmisi lokal) jadi virus yang ada di Indonesia atau yang menyebar di Indonesia," tutunya.
Konsorsium juga mengembangkan reagen yang digunakan untuk uji PCR dalam deteksi COVID-19 agar bisa mengurangi ketergantungan impor akan reagen.
"Saat ini reagen ini barang langka diburu oleh semua negara di dunia, jadi kami upayakan agar kalau kita mempunyai kemampuan untuk membuatnya paling tidak kita pelan-pelan bisa mengurangi ketergantungan terhadap impor," tandas Bambang.
Advertisement