Inggris Perlu Physical Distancing Akibat Corona COVID-19 Hingga Akhir Tahun

Kepala penasehat medis Inggris memperingatkan bahwa aturan pembatasan sosial akibat Virus Corona COVID-19 akan diperlukan hingga akhir tahun.

oleh Benedikta Miranti T.V diperbarui 24 Apr 2020, 09:55 WIB
Pengunjung antre dengan menjaga jarak fisik (Physical Distancing) saat menunggu supermarket buka di kawasan Ciputat, Tangerang Selatan, Selasa (14/4/2020). Pemerintah terus mengimbau warga untuk melakukan jarak fisik sebagai tindakan pencegahan penyebaran Corona COVID-19. (merdeka.com/Arie Basuki)

Liputan6.com, London - Seorang kepala penasihat medis pemerintah mengatakan bahwa Inggris harus hidup dengan beberapa tindakan sosial akibat pandemi Corona COVID-19, yang mengganggu setidaknya untuk sisa tahun ini.

Prof Chris Whitty mengatakan "sepenuhnya tidak realistis" untuk berharap hidup tiba-tiba kembali normal segera.

Menurut laporan BBC, Jumat (24/4/2020), ia mengatakan "dalam jangka panjang" jalan keluar yang ideal adalah melalui "vaksin yang sangat efektif" atau obat-obatan untuk mengobati penyakit.

"Penyakit ini tidak akan diberantas, tidak akan hilang," katanya, pada briefing harian terkait Virus Corona COVID-19 oleh pemerintah.

"Jadi kita harus menerima bahwa kita sedang bekerja dengan penyakit yang akan kita alami secara global ... untuk masa yang akan datang."

Angka-angka terbaru menunjukkan lebih lanjut 759 orang telah meninggal dengan virus di rumah sakit Inggris, sehingga jumlah total kematian meningkat menjadi 18.100.

Prof Whitty mengatakan bahwa masyarakat seharusnya tidak mengharapkan jumlah kematian terkait Virus Corona baru "jatuh" tiba-tiba setelah puncaknya.

"Dalam jangka panjang, jalan keluar dari ini akan menjadi satu dari dua hal, idealnya," katanya.

"Vaksin, dan ada berbagai cara penggunaannya ... atau obat yang sangat efektif sehingga orang berhenti terinfeksi karena penyakit ini walaupun mereka tertular, atau yang dapat mencegah penyakit ini pada orang yang rentan."

Prof Whitty memperingatkan ada beberapa cara berbeda di mana epidemi Virus Corona COVID-19 akan mengakibatkan kematian atau kesehatan yang buruk.

Saksikan Video Pilihan di Bawah ini:


Pencabutan Aturan Picu Gelombang Kedua

Ilustrasi (iStock)

Pada pertemuan itu, Menteri Luar Negeri Dominic Raab mengatakan mengurangi langkah-langkah sosial yang terlalu cepat akan berisiko lonjakan kedua kasus Virus Corona COVID-19.

Dia mengatakan ini dapat memicu penutupan kedua yang akan "memperpanjang penderitaan ekonomi" di seluruh negeri.

Raab, yang menjadi wakil Perdana Menteri Boris Johnson, mengakui ketegangan mental, fisik, dan ekonomi yang terjadi pada orang-orang di seluruh Inggris, tetapi mengatakan mereka "harus tetap di tempat untuk saat ini".

Jenderal Sir Nick Carter, kepala staf pertahanan, juga bergabung dengan konferensi pers hari Rabu dan menggambarkan tanggapan militer terhadap Virus Corona baru sebagai "satu-satunya prestasi logistik terbesar" dari 40 tahun pelayanannya.

Jenderal Carter mengatakan militer telah bekerja dalam mendukung petugas kesehatan di garis depan, dan telah terlibat dengan perencanaan dan pengujian, bersama dengan membantu Departemen Luar Negeri dengan upaya repatriasi.

Sebelumnya, pemerintah bersikeras akan memenuhi target 100.000 tes sehari pada akhir April dan peningkatan sebanyak 82.000 pun telah dilakukan pada hari Senin lalu.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya