Studi: Obat Malaria Tak Berpengaruh pada Pasien COVID-19 yang Kritis

Obat malaria tidak berpengaruh pada pasien virus Corona yang kritis.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 25 Apr 2020, 09:00 WIB
Ilustrasi Foto Obat PCC (Paracetamol Cafein Carisoprodol) (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta Obat malaria tidak berpengaruh pada pasien COVID-19 yang kritis. Hal ini berdasar pada hasil awal studi tentang hydroxychloroquine di New York yang disampaikan Gubernur Andrew Cuomo, Kamis (23/4/2020).

Penelitian yang disponsori oleh Departemen Kesehatan itu meneliti sekitar 600 pasien di 22 rumah sakit di wilayah Kota New York.

"Saya pikir dari tinjauan yang saya dengar pada dasarnya itu tidak dilihat sebagai positif, tidak dilihat sebagai negatif," kata Cuomo kepada CNN seperti dikutip New York Post.

Beberapa pasien COVID-19 yang sakit parah mulai diobati dengan kombinasi antibiotik Zithromax atau azithromycin.

Simak Video Berikut Ini:


Tidak Ada Perubahan yang Signifikan

Sebelumnya, Presiden Trump telah menggembar-gemborkan hydroxychloroquine sebagai penyelamat yang potensial. Namun, tidak ada bukti ilmiah luas yang menunjukkan bahwa ini membantu memerangi COVID-19.

Mereka yang minum obat, dengan atau tanpa antibiotik, tidak lebih mungkin bertahan daripada mereka yang tidak, kata peneliti.

"Kami tidak melihat perbedaan yang signifikan secara statistik antara pasien yang menggunakan obat malaria dan mereka yang tidak," kata David Holtgrave, dekan Universitas di Albany School of Public Health.

Obat ini juga terbukti tidak lebih baik daripada perawatan standar dalam studi yang lebih kecil yang diambil dari 300 pasien pria di Pusat Medis Administrasi Kesehatan Veteran.

be

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya